Kasus COVID-19 Harian di Jatim Naik Drastis 850 Kasus per Hari
ILUSTRASI PIXABAY

Bagikan:

SURABAYA - Kasus COVID-19 di Jawa Timur mulai menggila. Buktinya, penambahan kasus harian di Jatim mencapai 850 kasus baru per Selasa, 22 November. 

Tingginya penambahan kasus harian itu, karena disumbang beberapa daerah di Jatim, seperti Kota Surabaya 263 kasus, Kabupaten Sidoarjo 59, Kediri 37, Nganjuk 27, Kab. Malang 26, dan Jombang 25 kasus baru. Demikian juga dengan kasus COVID-19 aktif di Jatim hingga saat ini masih tinggi mencapai 2.611 kasus. 

Meski demikian, tingkat kesembuhan pasien coviCOVIDd-19 di Jatim mencapai 668 orang, dan pasien meninggal sebanyak tujuh sorang. Sementara itu untuk kasus aktif terbanyak adalah Kota Surabaya sebanyak 609 kasus aktif.

Disusul Kab. Malang 178 kasus, Kota Malang 144, Gresik 136, Ngajuk 135, Sidoarjo 133, dan Kediri 106 kasus aktif.

"Ada beberapa faktor adanya peningkatan kasus covid-19, salah satunya karena masyarakat mulai longgar menerapkan protokol kesehatan (prokes)," kata Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Jatim, Sutrisno, Rabu, 23 November.

Sutrisno menilai wajar jika kasus harian COVID-19 di Jatim naik signifikan, ini lantaran masyarakat enggan memakai masker dan berkerumun.

"Tentu ini problem, karena penyakit yang menular lewat saluran pernapasan itu, potensinya cepat menyebar secara luas. Virus itu punya karakter mudah mutasi," ujarnya.

Selain itu, lanjut Sutrisno, dibukanya pintu penerbangan internasional, dan event-event besar sudah digelar di mana-mana khususnya kota-kota besar di Indonesia. Di mana event-event itu mengundang kerumunan, dan pengunjung tidak menggunakan masker.

"Ingat, pandemi COVID-19 ini bukan yang terakhir, dan masih ada potensi virus lain yang jumlahnya sangat baik," katanya.

Faktor lainnya adalah dampak dari munculnya subvarian baru COVID-19 XBB yang kini sedang merebak. Kondisi ini ditambah mobilisasi masyarajat yang tinggi, dan longgarnya protokol keeehatan. "Jadi antarnegara dan antardaerah ini sudah kembali seperti sebelum pandemik. Itu tentu membawa konsekuensi berupa hubungan antar manusia dalam menyebarkan virus," ujarnya.

Melihat fenomena itu, IDI Jatim mengingatkan masyarakat untuk segera meningkatkan kewaspadaan. Sutrisno meyakini, para dokter bisa melakukan pencegahan secara mandiri, karena sudah punya pengalaman ketika gelombang satu dan dua COVID-19.

"Untuk dokter sudah punya kebiasaan yang baik hadapi pandemik ini. Jadi Insyaallah kebiasaan baik yang mendukung di era pandemik ini, para dokter terus akan memeliharanya," katanya.

Terkait