Bagikan:

JAKARTA - Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia Ujang Komarudin menyoroti polemik antara PDIP dan Wakil Ketua Komisi III DPR dari Fraksi Gerindra, Desmond Junaidi Mahesa, atas pernyataannya yang dianggap menghina Presiden pertama RI Soekarno dan menyakiti hati kader PDIP.  

Ujang menilai persoalan pernyataan Desmond semestinya bisa dimusyawarahkan oleh PDIP tanpa perlu ada tindakan penggerudukan. Ini dimaksudkan agar persoalan tersebut tidak meluas ke hal-hal yang kurang produktif. 

"Mestinya semua bisa dimusyawarahkan, bisa di diskusikan dalam perwakilan, artinya kita mesti mengedepankan prasangka baik lalu mengedepankan musyawarah," ujar Ujang kepada VOI, Jumat, 11 November. 

"Nah persoalan tersebut, harus dilakukan dengan pendekatan musyawarah jangan sampai melebar ke mana mana, yang justru sesungguhnya tidak produktif," sambungnya. 

Ujang sepakat jika argumentasi yang diutarakan Desmond dibalas dengan argumentasi PDIP terkait perlunya permintaan maaf negara kepada Soekarno dan keluarganya. 

"ya semuanya harus setara, tulisan dibalas tulisan, argumen dibalas argumen, gagasan dibalas gagasan, harus seperti itu, mana argumen yang objektif, itu yang harus dijadikan pegangan," kata Direktur Eksekutif IPO itu. 

Bisa saja, sambung Ujang, Desmond punya pendapat sendiri negara tidak perlu meminta maaf kepada Bung Karno. Terlebih sebagai negara demokrasi, siapapun punya hak untuk mengutarakan pendapatnya.  

"Bisa jadi Desmond mempertanggungjawabkan apa yang dikatakannya. Ini kan negara demokrasi, orang bebas menyatakan apa pun, yang penting tidak memfitnah," kata Ujang. 

"Orang berhak mengatakan dan mengkritik apapun yang penting tidak memfitnah. Begitu lah dalam politik, ya tidak boleh baperan, kira-kira begitu," lanjutnya.  

Lantas, apakah PDIP baper dengan pernyataan Desmond? Ujang menilai mungkin saja. Sebab, PDIP merasa dirinya tengah berkuasa karena memenangkan pemilu dua kali berturut-turut. 

"Mungkin saja ya, saya tidak tahu baper atau tidak, tapi yang jelas kan sudah merespon langsung ucapan tersebut, karena mungkin PDIP sebagai partai penguasa partai yang sedang memerintah pemenang pemilu dua kali berturut-turut, jadi selain ucapan Desmond dianggap melukai PDIP ya tentu Desmond punya alasan sendiri menyatakan itu," pungkas Ujang.