Kemenkes: Terapi Obat Fomepizole Berdampak Positif Bag Pasien Gangguan Ginjal Akut
Ilustrasi - Obat Fomepizole. (ANTARA/HO-Kemenkes).

Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyampaikan pemberian terapi obat injeksi Fomepizole sebagai antidot (penawar) intoksikasi Etilon Glikol (EG) dan Dietilon Glikol (DEG) dalam darah berdampak positif bagi pasien gangguan ginjal akut progresif atipikal (GGAPA).

"Fomepizole menjadi bagian dari terapi pengobatan, dan diberikan secara gratis kepada pasien. Kami tidak lakukan komersialisasi obat," ujar Juru Bicara Kemenkes Mohammad Syahril dalam konferensi pers yang diikuti secara daring di Jakarta, Jumat.

Penggunaan fomepizole berdampak positif bagi pasien GGAPA, dimana 95 persen pasien anak di RSCM menunjukkan perkembangan yang terus membaik selama mendapatkan terapi.

Artinya, lanjut dia, efikasinya baik dalam memberikan kesembuhan dan mengurangi perburukan gejala.

Sebanyak 246 vial Fomepizole sudah didatangkan di Indonesia, di mana 146 vial fomepizole sudah didistribusikan kepada 17 rumah sakit di 11 provinsi Indonesia, sementara 100 vial menjadi persediaan pusat.

"Kita cukup beruntung saat ini ada 246 vial fomepizol yang sudah ada di Indonesia dimana sebagian besar atau 87 persennya adalah donasi gratis dari negara lain," tuturnya.

Disebutkan, rumah sakit yang sudah mendapatkan distribusi Fomepizole yaitu RSUD Zainoel Abidin Aceh; RSUP Prof Dr. I.G.N.G. Ngoerah, Bali; RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta; RSAB Harapan Kita, RSUP Fatmawati, dan RSCM Jakarta.

Selain itu, RSUP Hasan Sadikin, RSUD Dr. Hafiz dan RSU Hermina Mekarsari, Jawa Barat; RSUD Bangli dan RSUD Dr. Saiful Anwar, Jawa Timur; RSUD Dr. Soedarso Pontianak, Kalimantan Barat; RSUD Kuala Pembuang, Kalimantan Tengah.

Kemudian, RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo, Sulawesi Selatan; RSUP Dr. M Djamil, Sumatera Barat; RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang, Sumatera Selatan; dan RSUP H. Adam Malik, Sumatera Utara.