Bagikan:

JAKARTA – PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk (kode emiten GMFI), optimis mengalami perbaikan kinerja di tahun ini. Perseroan meyakini tahun ini akan kembali membukukan pertumbuhan pendapatan, seiring dengan ekspektasi peningkatan aktivitas penerbangan untuk group serta terus tumbuhnya perolehan pendapatan dari perawatan pesawat Non-Group

Direktur Utama GMFI Tazar Marta Kurniawan mengungkapkan, posisi GMFI sebagai pemain utama dalam jasa MRO (Maintenance, Repair & Overhaul) akan terus me-maintain para customer-nyakhususnya maskapai penerbangan internasional.

"Customer kami dari non-group terus meningkat, terkhusus maskapai penerbangan internasional, ini yang akan menjadi fokus kami ke depan”, ungkap Tazar dalam keterangan yang diterima VOI, Selasa 28 Januari.

Di tahun 2019, kata Tazar, GMF berhasil menduduki posisi Top  9 Global Airframe MRO yang dianugerahi oleh Aviation Week dengan survey terhadap jam kerja, di mana GMF berhasil mencapai angka 3,2 juta manhour sold.

Pada tahun yang sama, kinerja perseroan mendapat tantangan dari turunnya jam terbang pesawat domestik, termasuk yang dialami group sendiri, Garuda dan Citilink. Faktor financial charge juga menjadi salah satunya, di mana tantangan yang dihadapi maskapai di seluruh penjuru dunia saat ini berujung pada customer yang mengalami kesulitan bayar, yang mana hal tersebut juga berdampak bagi operasional GMFI.

"Selain itu, peningkatan proporsi bisnis engine yang bersifat material intensive dan technology intensive juga berkontribusi terhadap kenaikan beban material dan subcontract," ungkap Tazar.

Memasuki tahun 2020, ia menjelaskan, perseroan menargetkan pendapatan dapat tumbuh sekitar 5 persen dengan pertumbuhan laba bersih sekitar 10 persen. Target kenaikan pendapatan di tahun ini akan diikuti langkah efisiensi seperti mengoptimalkan kapabilitas yang dimiliki dan juga memaksimalkan penggunaan Part Manufacturing Approval (PMA).

“Tahun ini kami optimis akan ada peningkatan untuk pendapatan dari group seiring dengan rencana penambahan armada di tahun ini. Dari non group, tahun ini kami menargetkan pekerjaan redelivery meningkat menjadi 35 proyek dari sebelumnya 14 proyek di tahun 2019," ungkap Tazar.

Pada tahun ini, perseroan juga akan menganggarkan belanja modal sebesar 50 juta dolar AS yang sebagian besarnya dialokasikan untuk ekspansi bisnis baik secara organik dan non-organik.

"Dalam waktu dekat, perseroan juga akan menambah kapasitas operasional dengan menargetkan pengoptimalan hangar di Denpasar, Surabaya, dan Pondok Cabe. Penambahan ini untuk mengakomodasi kenaikan order di tahun ini mengingat kondisi utilitas hangar saat ini yang telah mencapai 100 persen," pungkas Tazar.