Bagikan:

JAKARTA - PKS menyayangkan sikap dari Komisaris PT Pelni Kristia Budiyarto atau Dede Budhyarto yang mempelesetkan diksi 'khilafah' menjadi 'khilafuck' saat menyampaikan pandangannya soal calon presiden (capres).

Jubir PKS M Kholid, menilai pernyataan itu tidak pantas dilontarkan oleh pejabat publik. Menurutnya, kata tersebut bisa menimbulkan perpecahan.

"Tak pantas, tak patut, dan menyulut api perpecahan. Nabi Muhammad SAW pernah bersabda, 'Berkata baik atau diam'," ujar Kholid kepada wartawan, Kamis, 27 Oktober.

Kholid mengingatkan Dede Budhyarto agar jangan menjadi provokator. Apalagi melihat posisinya sebagai petinggi di perusahaan BUMN.

"Jangan jadi provokator, menebar ujaran kebencian dan adu domba. Apalagi statusnya sebagai pejabat publik, komisaris BUMN," katanya.

Kholid menilai, Menteri BUMN Erick Thohir harus memberikan sanksi terhadap Dede agar kejadian serupa tidak terulang lagi.

"Menterinya harus kasih sanksi," kata Kholid.

Sebelumnya, Komisaris Independen PT Pelni, Dede Budhyarto dikecam sejumlah pihak terkait cuitannya di media sosial yang memplesetkan kata khilafah menjadi khilafuck.

Awalnya, Dede menyoroti pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang mengimbau partai agar jangan sembrono dalam menetapkan calon presiden. Namun, Dede justru mengganti kata khilafah menjadi khilafuck.

"Memilih capres jgn sembrono apalagi memilih Capres yg didukung kelompok radikal yg suka mengkafir-kafirkan, pengasong khilafuck anti Pancasila, gerombolan yg melarang pendirian rumah ibadah minoritas," cuit Dede Budhyarto di akun Twitter @kangdede78, Selasa, 25 Oktober.

Dede pun mengkritik Bacapres Partai NasDem, Anies Baswedan yang dinilainya sebagai gubernur terburuk sepanjang sejarah DKI Jakarta.

“Di acara Golkar, Pak Jokowi berpesan agar jangan sembrono menentukan capres. Mungkin seperti pencalonan mantan Gubernur terburuk sepanjang sejarah DKI Jakarta Anies Baswedan mungkin yah,” tulisnya.