Moeldoko Ajak Semua Pihak untuk Perkuat Ketahanan Pangan
Kepala Staf Kepresidenan Dr. Moeldoko menerima kedatangan World Food Bank atau Bank Pangan Dunia, di gedung Bina Graha Jakarta, Selasa 11 Oktober. (Foto KSP)

Bagikan:

JAKARTA - Kepala Staf Kepresidenan Dr. Moeldoko memastikan, bahwa pemerintah membuka pintu kerja sama dengan semua pihak untuk memperkuat ketahanan pangan nasional. Moeldoko menyampaikan ini, saat menerima kedatangan World Food Bank atau Bank Pangan Dunia, di gedung Bina Graha Jakarta, Selasa 11 Oktober.

Sebagai informasi, World Food Bank atau Bank Pangan Dunia merupakan integrator di bidang pertanian yang bermarkas di Amerika Serikat. Kedatangannya di Kantor Staf Presiden untuk menjajaki kerja sama dengan pemerintah Indonesia dalam mengoptimalkan sektor pertanian melalui sistem yang terintegrasi dari hulu hingga hilir.

“Kami menyambut baik keinginan World Food Bank untuk meningkatkan sektor pertanian Indonesia. Ini sejalan dengan komitmen Presiden Jokowi untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional dalam menghadapi ancaman krisis pangan global,” kata Moeldoko.

Moeldoko mengungkapkan, pemerintah Indonesia terus meningkatkan produksi untuk menjamin ketercukupan pangan di dalam negeri, dan sekaligus memberikan kontribusi bagi kecukupan pangan dunia. Untuk itu, sambung dia, pemerintah melalui Kementerian Pertanian telah membangun sistem pertanian yang terintegrasi dari hulu hingga hilir. Bukan hanya untuk mengoptimalkan produksi, namun juga kesejahteraan bagi petani.

Ia mencontohkan, pembangunan infrastruktur pertanian, yakni bendungan, embung, dan jaringan irigasi, hingga peningkatan varietas beni dan offtaker sebagai penghubung petani dengan pasar.

Sementara itu, CEO World Food Bank atau Bank Pangan Dunia Richard Lackey menekankan pentingnya optimalisasi sektor pertanian dengan pendekatan tekonologi informasi. Ia pun mencontohkan penggunaan aplikasi World Food Bank untuk petani di Kenya dan Uganda.

“Dengan aplikasi itu, petani bisa memantau lokasi pertaniannya, bagaimana perkiraan cuaca, kapan harus mulai tanam, dan petani juga mendapat peringatan soal hama dan penyakit,” terangnya.

Bukan hanya pada saat proses tanam, Richard mengklaim, World Food Bank juga menjadi offtaker hasil panen, sehingga petani terlindungi saat harga di pasaran anjlok.

“Kami membeli hasil panen petani dengan harga di atas pasar. Lalu kami menyimpannya di tempat yang kami tutup dengan kantong kedap udara. Ini bisa bertahan lima belas sampai dua puluh tahun. Jadi saat pasokan pangan habis, maka stok itu distribusikan ke pasar sehingga ketersediaan dan kepastian harga terjaga,” jelas Richard.

“Kami ingin mereplikasikan ini di Indonesia,” imbuhnya.

Sebagai infomasi, World Food Bank berencana bekerja sama dengan petani di Indonesia. Bentuk kerja sama tersebut, yakni dengan melakukan pendampingan dan pemberian bantuan kepada petani, baik dalam bentuk benih maupun permodalan.

World Food Bank juga akan membeli hasil petani dan menghubungkannya dengan pasar, baik di dalam negeri maupun global.