Bagikan:

JAKARTA - Menteri PUPR Basuki Hadimuljono meninjau progres pembangunan Bendungan Sadawarna di Kabupaten Subang. Pada kesempatan tersebut, Basuki berpesan agar kekuatan struktur urugan tanah pada tubuh Bendungan Sadawarna terjaga dan tidak rembes.

Selain itu, kata Basuki, juga harus dilakukan pembersihan sisa pekerjaan, misalnya menyemprot endapan tanah di jalan akses bendungan.

"Karena Bendungan Sadawarna ini bertipe urugan, tolong dimonitor betul pori-pori tanah pada timbunan main dam (bendungan utama). Jangan sampai ada rembesan," kata Menteri Basuki, dalam keterangan resmi, Jumat, 23 September.

Pekerjaan konstruksi bendungan dengan kapasitas tampung 71 juta m3 ini telah memasuki tahap akhir dengan rencana impounding (pengisian awal) pada akhir Oktober 2022. Konstruksi Bendungan Sadawarna mulai dikerjakan sejak kontrak November 2018.

Kontruksi bendungan dikerjakan melalui dua paket pekerjaan, yakni Paket I Kerja Sama Operasi (KSO) PT. Wijaya Karya-PT Daya Mulia Turangga-PT Barata Indonesia dengan progres pengerjaan hingga 22 September 2022 mencapai 97 persen. Sementara paket II dikerjakan KSO PT Nindya Karya-PT Adhi Karya dengan progres mencapai 96,5 persen.

Selama pekerjaan akhir, Basuki juga meminta untuk diperhatikan lansekap dengan lebih banyak menanam pohon endemik, seperti mangga, untuk menambah estetika dan membuat bendungan lebih teduh.

Selain itu juga terus meningkatkan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) khususnya operator bendungan agar pengoperasian bendungan bisa dilakukan sesuai prosedur dan terjamin keamanannya.

"Semoga Bendungan Sadawarna bisa lebih bermanfaat utamanya untuk mengendalikan banjir di wilayah Subang," kata Basuki.

Dengan total luas genangan 695,61 hektare, Bendungan Sadawarna berpotensi mereduksi banjir debit kala ulang Q25 sebesar 535 m3 per detik menjadi 202 m3 per detik yang dilalui Daerah Aliran Sungai (DAS) Cipunagara dengan tampungan banjir 26,37 juta m3.

Bendungan Sadawarna membendung DAS Cipunagara yang memiliki panjang 137 km mengalir dari Gunung Bukit Tunggul di Pegunungan Bandung Utara dan bermuara ke Laut Jawa, tepatnya di wilayah utara Jawa Barat.

Tak hanya mereduksi banjir, Bendungan Sadawarna juga berpotensi untuk mensuplai irigasi lahan pertanian seluas 4.284 hektare di Kabupaten Subang (2.517 ha) dan Indramayu (1.767 ha) untuk meningkatkan intensitas tanam petani. Manfaat lainnya adalah memasok air baku sebesar 1,20 m3 per detik untuk Kabupaten Subang, Indramayu, dan Sumedang serta potensi Sumber Tenaga Listrik sebesar 2 MW.

Sementra itu, Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum Bastari mengatakan Bendungan Sadawarna didesain dengan mengedepankan prinsip-prinsip infrastruktur berkelanjutan. Bendungan ini dilengkapi embung kecil sebagai sistem pengelolaan air limpasan dengan mengadopsi konsep natural pond for water treatmen.

"Nanti pengolahan air dilakukan secara natural dengan menggunakan chamber-chamber untuk menangkap air limpasan untuk disaring dan diendapkan secara biologis. Kemudian di dasar kolam menggunakan under gravel treatment, sehingga air tetap jernih," kata Bastari.

Selanjutnya, kata Bastari, air yang sudah jernih dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah pengelola dan fasilitas pendukung lainnya seperti wudhu Masjid As-Salimin.