Serangan Boko Haram Tewaskan 110 Warga Sipil di Nigeria
Ilustrasif foto gambar kendaraan milik Boko Haram (Sumber: Wikimedia Commons)

Bagikan:

JAKARTA - Sebanyak 110 orang tewas dalam serangan di sebuah desa sebelah timur laut Nigeria. Serangan dituduhkan kepada kelompok jihadis, Boko Haram. Hal tersebut dilaporkan oleh koordinator kemanusiaan PBB di Nigeria.

"Sedikitnya 110 warga sipil tewas secara kejam dan banyak lainnya terluka dalam serangan ini," kata Edward Kallon dalam sebuah pernyataan setelah jumlah korban awal menunjukkan 43 orang dan kemudian sedikitnya 70 orang tewas akibat pembantaian oleh pejuang Boko Haram.

"Insiden itu adalah serangan langsung paling kejam terhadap warga sipil yang tidak bersalah tahun ini," kata Kallon. Ia menambahkan: Saya menyerukan agar para pelaku tindakan keji dan tidak masuk akal ini dibawa ke pengadilan.

Melansir The Guardian, Senin, 30 November, serangan itu terjadi di Desa Koshobe yang terletak di dekat kota utama Maiduguri. Para penyerang menargetkan petani yang tengah melakukan pekerjaannya di sawah.

Gubernur Negara Bagian Borno Babagana Umara Zulum menghadiri pemakaman di Desa Zabarmari untuk 43 jenazah yang ditemukan pada Sabtu, 28 November. Ia mengatakan jumlah korban dapat meningkat setelah operasi pencarian dilanjutkan.

Para penyerang mengikat para pekerja pertanian dan menggorok leher mereka, menurut milisi anti-jihadis pro-pemerintah. Para korban, termasuk pekerja dari Negara Bagian Sokoto di barat laut Nigeria.

Mereka hijrah ke Sokoto yang berjarak sekitar seribu kilometer jauhnya untuk mencari pekerjaan. Enam orang lain cedera dalam serangan itu. Delapan lainnya masih hilang.

Kallon mengatakan ada laporan beberapa wanita yang mungkin telah diculik. Ia juga menyerukan pembebasan mereka yang telah diculik dan kembali ke tempat aman. Presiden Nigeria Muhammadu Buhari, yang menjabat pada 2015 berjanji memperbaiki krisis keamanan. Ia mengecam pembantaian terbaru tersebut.

“Saya mengutuk pembunuhan para petani pekerja keras oleh teroris di negara bagian Borno. Seluruh negeri terluka oleh pembunuhan yang tidak masuk akal ini,” kata presiden melalui juru bicaranya.

Tetapi analis keamanan Sulaiman Aledeh mengatakan banyak orang di negara itu semakin frustrasi dengan ketidakmampuan pihak berwenang untuk mengatasi konflik tersebut. “Jika Anda pernah melihat (apa yang terjadi pada) Nigeria, Presiden Mahamadou Issoufou harus memecat kepala keamanannya ketika 89 tentara tewas. Jadi orang Nigeria bertanya mengapa Anda tetap mempekerjakan orang-orang ini," katanya.

“Masalahnya di sini berkaitan dengan pemerintah saat ini tampaknya menghargai loyalitas daripada profesionalisme. Mereka berpikir sekarang pemerintah seharusnya mencoba beberapa orang baik untuk mengeluarkan mereka dari kekacauan ini," tambahnya. 

Serangan itu terjadi ketika para pemilih pergi ke tempat pemungutan suara dalam pemilihan lokal yang telah lama tertunda di Negara Bagian Borno. Pemungutan suara telah berulang kali ditunda karena meningkatnya serangan oleh Boko Haram dan faksi pembangkang saingannya, ISWAP.

Kedua kelompok tersebut disalahkan atas peningkatan serangan terhadap para penebang, petani dan nelayan, yang mereka tuduh sebagai mata-mata militer dan milisi pro-pemerintah.