Petani di Aceh Buang Hasil Panen Raya ke Tong Sampah, Pemerintah Diminta Segera Lakukan ini
Photo by Josephine Baran on Unsplash

Bagikan:

JAKARTA - DPR menyesalkan peristiwa dibuangnya hasil panen raya oleh petani di daerah Gayo, Kabupaten Bener Meriah dan Aceh Tengah lantaran merugi dan tidak terserap pasar. Pemerintah diminta melakukan intervensi.

"Miris sekali menyaksikan petani membuang hasil panen rayanya. Kami berharap Pemerintah memberi perhatian dan melakukan langkah-langkah untuk mengantisipasi hal serupa terjadi lagi," kata Anggota Komisi IV DPR Daniel Johan, Rabu 28 September.

Para petani di Bener Meriah dan Aceh Tengah membuang hasil pertanian berupa tomat ke tempat sampah karena sebagian hasil panen mereka tidak terjual saat memasuki panen raya. Total hasil panen raya itu mencapai 200 ton lebih.

Asosiasi Pedagang Sayur setempat menjelaskan para pedagang bingung mau menjual tomat itu kemana karena harga tomat di tingkat petani Bener Meriah dan Aceh Tengah yang merupakan sentra hortikultura hanya Rp1.000-Rp1.500 per kilogram atau mengalami penurunan dibandingkan bulan lalu yakni Rp2.500-Rp4.000 per kilogram. Tomat hasil pertanian pun banyak membusuk digudang karena tidak terserap pasar.

"Sebenarnya masalah seperti ini sering terjadi. Kita ketahui beberapa waktu lalu juga petani di Jawa merusak tanaman sawinya karena harga saat panen sangat anjlok. Kurangnya antisipasi dari Pemerintah merugikan para petani," ungkap Daniel.

Anggota Komisi pertanian DPR ini pun berharap Pemerintah dapat menemukan solusi yang tepat sehingga petani tidak terus merugi. Apalagi, kata Daniel, kenaikan harga BBM bersubsidi, pupuk, hingga obat-obatan tanaman pangan memperberat beban hidup para petani di berbagai daerah.

"Padahal, biaya produksi seperti bibit, pupuk, dan obat-obatan sangat mahal. Beban petani bertambah berat ketika BBM bersubsidi naik dan harga kebutuhan hidup lainnya ikut terkerek," tuturnya.

Daniel mendesak Pemerintah untuk mencari terobosan dan inovasi untuk memudahkan penyerapam hasil pertanian. Mengingat, ancaman krisis pangan global juga sudah di depan mata.

"Harus ada solusi atas persoalan klasik yang terus menerus dihadapi para petani. Kami mendorong Pemerintah meningkatkan program-program teknologi budidaya pertanian secara masif agar para petani tidak mengalami kerugian di saat panen raya," papar Daniel.

"Intervensi pemerintah pusat dan daerah dengan membangun gudang berpendingin dengan kapasitas di atas 200 ton sangat dibutuhkan para petani untuk menampung hasil pertanian seperti tomat dan produk hortikultura lainnya," imbuh Legislator dari Dapil Kalimantan Barat I itu.

Selain itu, Daniel mendorong Pemerintah pusat dan daerah untuk menarik investor yang mampu mendirikan pabrik pangan olahan berbahan tomat tak jauh dari kawasan itu. Akses untuk distribusi hasil pertanian dan ekosistem permodalan yang berkelanjutan dinilai juga perlu disiapkan bagi para petani tanaman pangan.

“Edukasi pemanfaatan marketing berbasis digital mesti digalakkan agar para petani atau kelompok tani mampu memanfaatkan teknologi terkini dalam memasarkan hasil pertaniannya, tanpa harus menunggu para pedagang konvensional menyerap hasil pertanian di daerah tersebut,” urai Daniel.

Di samping itu, DPR meminta agar infrastruktur logistik hasil pertanian terus ditingkatkan guna memperlancar arus distribusi bahan pangan dari lokasi produsen ke konsumen di wilayah lain. Bahkan, menurut Daniel, keran pasar ekspor harus dibuka Pemerintah pusat sehingga dapat meningkatkan penyerapan hasil panen petani tanaman pangan.

“Tantangan yang ada saat ini bisa menjadi peluang jika para petani atau kelompok tani mampu mengelolanya secara optimal, tentu saja dengan dukungan dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, kalangan akademis, pihak swasta, dan stakeholder terkait lain,” tutupnya.