Korban Tewas Protes Kematian Mahsa Amini Tembus 75 Orang, Aparat Iran Disebut Tangkapi Wartawan
Unjuk rasa akibat kematian Mahsa Amini di Iran. (Wikimedia Commons/Darafsh)

Bagikan:

JAKARTA - Lebih dari 75 orang tewas dalam protes anti-rezim di Iran atas kematian wanita muda Kurdi Mahsa Amini, menyusul penangkapannya oleh apa yang disebut polisi moral, sebut sebuh kelompok hak asasi.

Selain itu, para aktivis menyebut Iran sekarang meningkatkan penangkapan aktivis dan jurnalis dalam tindakan keras terhadap kerusuhan.

Para pengunjuk rasa turun ke jalan-jalan di ibukota Teheran dan di tempat lain pada Hari Senin, untuk demonstrasi malam ke-11 berturut-turut, kata saksi mata kepada AFP, mengutip The National News 27 September.

Kerumunan di Teheran meneriakkan 'matilah diktator', menyerukan diakhirinya lebih dari tiga dekade kekuasaan pemimpin tertinggi Ayatollah Ali Khamenei, 83 tahun.

Rekaman video konon di Kota Tabriz, menunjukkan orang-orang memprotes suara tabung gas air mata yang ditembakkan oleh pasukan keamanan, dalam rekaman yang diterbitkan oleh kelompok Hak Asasi Manusia Iran (IHR) yang berbasis di Oslo.

Kelompok itu mengatakan sedikitnya 76 orang telah tewas dalam tindakan keras di Iran, naik dari hitungan sebelumnya 57.

Rekaman video dan sertifikat kematian yang diperoleh IHR menunjukkan bahwa "amunisi langsung ditembakkan ke pengunjuk rasa", katanya.

Sementara, jumlah korban tewas menurut catatan resmi pihak berwenang tetap di 41, termasuk beberapa anggota pasukan keamanan.

Para pejabat mengatakan pada Hari Senin, mereka telah menangkap lebih dari 1.200 orang.

Komite Perlindungan Jurnalis yang berbasis di Washington mengungkapkan, dua puluh jurnalis telah dipenjara sejak protes dimulai.

Sejumlah aktivis dan pengacara juga telah ditahan, termasuk aktivis terkemuka kebebasan berbicara Hossein Ronaghi, yang ditangkap pada akhir pekan.

Penangkapan itu dilakukan di tengah pembatasan internet yang ketat dan pemblokiran situs-situs termasuk Instagram dan WhatsApp, yang menurut para aktivis bertujuan untuk mencegah rincian protes mencapai dunia luar.

"Dengan menargetkan jurnalis di tengah banyak kekerasan setelah membatasi akses ke WhatsApp dan Instagram, pihak berwenang Iran mengirimkan pesan yang jelas bahwa tidak boleh ada liputan protes," kata Reporters Without Borders (RSF).