Densus 88 Bina 13 Mantan Napiter di Bengkulu Agar Kembali Diterima Masyarakat
Muhammad Saleh anggota Komisi VIII DPR RI (kanan), Kombes Pol Imam Subandi Kepala Satgaswil Bengkulu Densus 88 Anti Teror Polri (tengah) dan Nopian Gustari Kepala Kemenag Rejang Lebong (kiri). (foto: dok. antara)

Bagikan:

BENGKULU- Berbagai upaya dilakukan Kepolisian untuk mengeliminasi terorisme sedini mungkin. Densus 88 Anti Teror Polri terus melakukan pembinaan dan pendampingan kepada 13 orang mantan narapidana terorisme (napiter) yang ada di sejumlah wilayah di Provinsi Bengkulu.

Kepala Satgaswil Bengkulu Densus 88 Anti Teror Polri Kombes Pol Imam Subandi usai menjadi pembicara dalam acara ngobrol pendidikan Islam yang diselenggarakan Kemenag Rejang Lebong di Rejang Lebong, Sabtu mengatakan dari 13 orang napiter yang ada di Provinsi Bengkulu rata-rata sudah lepas bai'at atau sudah melepaskan sumpahnya dan telah bersumpah setia kepada NKRI.

"Mereka sudah sibuk dengan bisnis dan pekerjaan masing-masing. Bahkan beberapa di antaranya sudah sangat mandiri, cuma ada beberapa orang yang masih kita dampingi untuk melaksanakan fungsinya di dalam masyarakat dan keluarga yaitu memenuhi kebutuhan rumah tangganya," kata dia.

Dia menjelaskan, pembinaan dan pendampingan yang mereka lakukan terhadap ke-13 mantan napiter di wilayah tersebut agar mereka bisa kembali ke dalam masyarakat dan melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi mereka dan bangsanya.

Sementara itu, salah satu mantan napiter yang tinggal di wilayah Kecamatan Sindang Dataran, Kabupaten Rejang Lebong yakni Humaidi alias Hamzah, menurut Imam, saat ini sudah sibuk dengan persiapan bisnisnya dalam bidang pengolahan kopi, gula aren dan peternakan ayam.

"Saya pikir itu hal yang positif dan mohon dukungannya kepada masyarakat agar tidak mengucilkannya dan menganggap yang bersangkutan sebagai masyarakat biasa, bila perlu bermitra dengan apapun pekerjaan bisnis yang dilakukan beliau," tambahnya.

Humaidi yang pernah terlibat dalam kasus teror bom Kampung Melayu dan Plaza Sarinah Jalan MH Thamrin pada 2016 itu, saat ini sudah bergaul dan membaur dengan masyarakat setempat seperti masyarakat biasanya.

"Siapapun dia, jika sudah kembali ke masyarakat jadi kedudukannya sama dengan masyarakat lainnya tidak ada lagi embel-embel teroris," ungkap Imam Subandi, seperti dikutip Antara.