Bagikan:

JAKARTA - Wakil Presiden Ma'ruf Amin menyebut masih banyak organisasi masyarakat (ormas) Islam yang ingin tampil sendiri dan tidak membangun ukhuwah (persaudaraan) antarumat.

"Masih banyak ormas, bahkan individual, masih ada sifat ananiah, ananiah ini ego ingin tampil sendiri, bukan menjadi satu kesatuan, sehingga tidak terjadi koordinasi," kata Wapres Ma'ruf Amin di Istana Wakil Presiden Jakarta, Antara, Rabu, 15 September.

Wapres menyampaikan hal tersebut dalam acara pembukaan Muktamar Al Ittihadiyah XX yang dilakukan secara hybrid dengan sebagian peserta muktamar hadir di Istana Wakil Presiden dan sebagian berada di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta Timur.

Ananiah yang dimaksud adalah sikap seseorang yang selalu mementingkan diri sendiri tanpa memperdulikan orang lain di sekitarnya.

"Kalau istilah Majelis Ulama itu tidak ada gerakan yang terorganisasi. Ukhuwah Islamiyah itu penting apa sebabnya? Agar yang petunjuk dan tidak petunjuk itu sudah jelas, jadi tidak lagi ada kesaruan sehingga tidak perlu ada perbedaan, kalau pun ada perbedaan itu dikhilafiyah, sudah ada rumusnya, yaitu mazhab ente mezhab ente, mazhab saya ya mazhab saya, jadi masing-masing," jelas Wapres.

Apalagi saat ini perbedaan itu dikembangkan menjadi perbedaan antarpartai.

"Cuma sekarang dikembangkan 'Lakum partai dinukum waliyadin', partai anda partai anda, partai saya partai saya. Ini tidak perlu, kenapa? Yang ditakutkan apa? Kata imam Ibnu Atha'illah yang dikhawatirkan itu hawa nafsu jadi kalau tidak terjadi ini atau terjadi konflik, ketidakutuhan itu sebenarnya bukan cara-cara berpikir dalam menyampaikan satu tujuan tapi itu dorongan hawa nafsu, ini yang harus dihindari karena sikap-sikap ego kelompok itu juga harus dihindari," tambah Wapres.

Menurut Wapres, ormas Islam saat ini memiliki penyakit terkait ananiah (egoisme) sehingga tidak ada keutuhan.

"Dan kita juga sebagai bangsa membangun ukhuwah wathaniyah (persaudaraan antarsesama bangsa), kenapa? Karena kita menjadi negara sudah menjadi negara kesepakatan dengan semua golongan untuk hidup bareng di sini dengan semua golongan. Maka itu saya sebut adalah kesepakatan nasional, maka saya menamakan negara 'darul mitsaq' itu negara kesepakatan," ungkap Wapres.

Wapres pun meminta agar masyarakat Indonesia menjadi Muslim yang tetap memegang kesepakatan nasional.

Di samping itu, menurut Wapres, Islam di Indonesia adalah Islam yang kaffah maal mitsaq (penerapan Islam yang menyeluruh dengan kesepakatan kebangsaan yang beragam) sesuai dengan Pancasila, UUD 1945 dan NKRI.

"Menurut saya, karena kita membangun persaudaraan sebangsa dan setanah air, aspirasi di negara ini boleh disampaikan dengan cara yang baik, ada aturan main-nya, ada tata krama-nya semua diatur, menyampaikan aspirasi, sehingga di negara kita, demokrasi semua boleh sepanjang dalam kerangka kesepakatan nasional," tambah Wapres.