Cerita Warga Melihat Akses Jalan Cisoka-Tigaraksa Banjir 60 Sentimeter, dan Tidak Pernah Ada Solusi
Akses jalan Cisoka menuju Tigaraksa, Kabupaten Tangerang terendam banjir, Selasa, 6 September (Dok. BPBD Kabupaten Tangerang)

Bagikan:

TANGERANG - Akses jalan Cisoka menuju Tigaraksa atau tepatnya di Jalan Raya Jeungjing, Kabupaten Tangerang sempat terputus. Hal ini terjadi karena area tersebut terendam banjir setinggi 60 sentimeter. Menurut informasi, banjir di lokasi tersebut seringkali terjadi namun tidak ada penanganan dari pemerintah kota setempat. Warga pun pasrah karena tidak merasa menjadi korban.

Komandan Pos Damkar Cisoka, Samhani mengatakan kejadian banjir itu terjadi pada Selasa, 6 September, pukul 23.30 WIB.

“Kurang lebih 60 sentimeter, itu arah Jalan Raya Cisoka-Tigaraksa. Kalau bisa dilewatin, itu bisa. Cuma kalau dipaksaain khawatir mogok,” kata Samhani saat dikonfirmasi, Rabu, 7 September.

Samhani menjelaskan bila jalanan itu memang kerap dilanda banjir. Hal ini terjadi karena datarannya tempat itu yang rendah, sehingga saat hujan dengan intensitas tinggi melanda wilayah tersebut, maka akan terjadi banjir.

“Jadi kalau ada hujan dengan volumenya cukup tinggi, kadang terjadi seperti itu (banjir). Karena berdekatan dengan Kali Cimanceri, saat meluap jadinya ke jalan,” katanya.

“Tapi banjirnya paling engga lama, saatu sampai setengah jam sudah surut,” sambungnya.

Ia juga memastikan, bila banjir yang melanda wilayah tersebut tidak berdampak hingga pemukiman warga.

“Hanya jalan, kalau untuk rumah engga ada yang terdampak,” ucapnya.

Hingga kini akses jalan Cisoka menuju Tigaraksa, Kabupaten Tangerang tersebut sudah dapat dilalui kendaraan karena air sudah surut.

“Sudah (dilintasi), tadi saya cek lewat. Tadi cek lokasi, sudah surut, sudah normal aja. Sudah bisa dilalui kendaraan roda dua maupun empat,” tutupnya.

Tidak ada penanganan banjir dari dinas pemerintah setempat. Padahal, warga mengatakan bahwa banjir di wilayahnya sering terjadi saat dilanda hujan deras.

“Iya (Dibiarkan saja), karena warga engga terdampak. Tidak ada (penanganan khusus), kalau untuk penangan kita engga ada. Mungkin pihak desa setempat gitu yang punya wewenang.