Menlu Bearbock Akui Jerman Kekurangan Stok Senjata untuk Bantu Ukraina
Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock. (Wikimedia Commons/boellstiftung)

Bagikan:

JAKARTA - Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock mengakui pihaknya sangat kekurangan senjata saat ini, tidak dapat mengirimkan lebih banyak persenjataan ke Ukraina seperti yang dijanjikan.

Dalam wawancaranya dengan surat kabar Bild am Sonntag, Menlu Baerbock bersikeras Berlin siap mendukung Kyiv secara militer dan finansial. Tetapi, tidak dapat mengirim lebih banyak senjata saat ini.

"Saya mengerti bahwa Ukraina menginginkan pengiriman yang lebih cepat dan lebih besar. Tetapi kami tidak memiliki jumlah massal yang berfungsi, sistem modern yang dibutuhkan saat ini, dan siap untuk pengiriman dalam stok kami saat ini," katanya, seperti dilansir dari Sputnik News 29 Agustus.

Menteri Baerbock juga mengingat janji Jerman untuk membela negara-negara Baltik, serta menyoroti bahwa Berlin membutuhkan senjata itu sendiri.

Baerbock melanjutkan dengan menilai, Kyiv membutuhkan pasokan senjata untuk waktu yang lama, berpotensi lebih dari satu tahun.

"Tentu saja, saya ingin (konflik) berakhir secepat mungkin, tetapi, sayangnya, kita harus berasumsi, musim panas mendatang Ukraina masih membutuhkan senjata berat baru," ujarnya.

Jerman tetap menjadi salah satu donor utama bantuan militer dengan 1,7 miliar dolar AS dihabiskan atau berjanji untuk pengeluaran persenjataan, untuk membantu Ukraina mengakhiri konflik.

Bantuan itu termasuk persenjataan anti-pesawat Gepard dan IRIS-T, peluncur roket ganda Mars, howitzer self-propelled Panzerhaubitze 2000, peluncur rudal 70mm dan segala macam amunisi, peluru dan rudal.

Diketahui, Rusia berpendapat pengiriman senjata barat hanya memperpanjang konflik. Kremlin menunjukkan, sejak senjata pertama mulai datang dari Barat, Kyiv mengabaikan semua upaya untuk merundingkan akhir yang cepat dan diplomatis, dari konflik yang akan menyelamatkan nyawa banyak orang Ukraina.