JAKARTA - Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono menyebut resistensi antibiotik akibat mikroba atau antimicrobial resistance (AMR) sebagai pandemi yang tersembunyi. Pasalnya, angka kematian yang cukup tinggi serta deteksi kasus yang masih terbatas.
"Data yang kita dapatkan cukup mengagetkan. 1,2 juta kematian per tahun di dunia disebabkan AMR atau penggunaan antibiotik yang tidak relevan," ujar Dante Saksono Harbuwono usai penutupan pertemuan Side Event AMR di Nusa Dua Bali, Rabu 24 Agustus dinukil dari Antara.
Resistensi antibiotik akibat mikroba terjadi karena protokol pengobatan yang sembarangan hingga infeksi pada pasien bertambah parah dan menyebabkan tingginya angka kematian.
"Kebanyakan orang menggunakan antibiotik untuk mencegah kuman yang sebenarnya belum tentu itu disebabkan oleh kuman," katanya.
Menurut Dante kejadian kematian akibat pengaruh AMR umumnya dialami sejumlah negara tropis, termasuk Indonesia dan India memiliki angka infeksi yang tergolong tinggi.
Tapi, Dante tidak menyebut berapa jumlah kasus kematian akibat AMR di Indonesia maupun India.
"Pemetaan resistensi antibiotik tidak sesederhana yang dipikirkan, bahwa pemetaan ini butuh beberapa hal salah satunya evaluasi ulang terhadap angka infeksi tidak sembuh dan meningkat di beberapa negara," katanya.
BACA JUGA:
Menurut Dante degradasi lingkungan serta mutasi yang terjadi pada kuman dan parasit, memicu antibiotik bakterial tidak mempan lagi untuk menyembuhkan pasien.
"Kita butuh pengendalian obat antibiotik yang rasional. Selain itu konsep One Health di mana infeksi itu bisa berasal dari hewan maupun tumbuhan yang juga penting dilakukan upaya pendekatan," katanya.