2 Tahun Dipukul Pandemi COVID-19, Unicef Sebut Imbasnya Tak Hanya ke Kesehatan Tapi Pendidikan Anak Usai Dini
Kepala Perwakilan Unicef wilayah Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat, Yudistira Y Wangoe (kiri) saat memberikan sambutan/ANTARA

Bagikan:

KUPANG - Kepala Perwakilan Unicef wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat, Yudistira Y Wangoe mengatakan, pandemi COVID-19 yang berlangsung selama dua tahun tidak hanya berdampak pada pembangunan sektor kesehatan tetapi juga mempengaruhi proses pertumbuhan anak-anak usia dini.

Hal itu disampaikan Yudistira dalam kegiatan konsultasi multi sektor terhadap dukungan Unicef dan pemerintah Jepang untuk program PAUD di Kota Kupang hari ini. 

Ada beberapa aspek yang mempengaruhi pertumbuhan anak selama pandemi COVID-19 yaitu kesempatan anak untuk belajar, terbatasnya akses pada layanan kesehatan seperti mendatangi posyandu dan mendapatkan imunisasi lengkap, serta mendapatkan akses pelayanan air bersih dan kebersihan dan akses pelayanan gizi.

"Unicef sebagai lembaga PBB yang melindungi hak-hak anak memiliki perhatian yang sangat serius dalam persoalan yang dihadapi anak-anak di daerah. Bersama pemerintah Indonesia maka Unicef ingin memperbaiki akses anak-anak terutama anak-anak pada usia pengembangan anak usia dini," kata Yudistira di Kupang dikutip dari Antara, Jumat, 5 Agustus.

Menurut dia pengembangan anak usia dini menjadi pintu masuk yang efektif untuk pengembangan anak secara dini dari berbagai aspek. Dia menjelaskan selain asupan gizi yang kurang memadai serta berat dan tinggi badan anak tidak seimbang menyebabkan anak terkategori dalam status anak mengalami kekerdilan.

"Kemampuan kogniktif anak yang mengalami kekerdilan menjadi kurang memadai dalam menyerap ilmu ketika tumbuh menjadi dewasa. Upaya yang perlu dilakukan dalam mencegah kekerdilan terus dilakukan dan Kota Kupang merupakan salah satu daerah yang sangat aktif dalam melakukan upaya penanggulangan kekerdilan anak," kata Yudistira Y Wangoe.

Ia menegaskan salah satu hal yang perlu dilakukan saat ini tentang bagaimana upaya membantu anak-anak yang saat ini tumbuh dalam kondisi dengan kekerdilan dalam meningkatkan kemampuan berpikir anak-anak itu.

"Peran lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD) sangatlah dibutuhkan untuk membantu anak-anak yang bertumbuh dalam kondisi kekerdilan sehingga bisa membantu memulihkan kemampuan berpikir anak-anak yang mengalami kekerdilan itu," kata Yudistira Y Wagoe.

Dia menambahkan sudah terbukti pada anak-anak yang mengalami kekerdilan ketika mengikuti pendidikan anak usia dini maka 80 persen anak itu kemampuan kogniktif anak menjadi lebih memadai.

"Kami terus mendorong pendidikan anak usia dini secara holistik dan integratif sehingga semua sektor terlibat aktif dalam mendukung keberadaan pendidikan anak usia dini di NTT," tegasnya.