Bagikan:

YOGYAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) meminta semua pihak mewaspadai dampak fenomena anomali iklim La Nina terhadap potensi banjir lahar dingin akibat erupsi Gunung Merapi.

Deputi Bidang Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Lilik Kurniawan saat jumpa pers secara virtual, Jumat, mengatakan fenomena La Nina diperkirakan terjadi pada Desember 2020, Januari, dan Februari 2021 dengan curah hujan yang bakal meningkat 40 persen dari tahun lalu.

"Sehingga bulan-bulan ini memang betul-betul kita pertimbangkan terkait dengan banjir lahar dingin itu," kata dia dikutip dari Antara, Sabtu, 14 November.

Lilik mengatakan, hujan yang mengguyur puncak Gunung Merapi harus diantisipasi. Apabila muncul material akibat erupsi bisa saja terseret banjir lahar dingin.

Untuk mengantisipasi hal itu, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) dan BPBD DIY telah memasang kamera CCTV di sejumlah sungai utama di Yogyakarta sejak 2010.

"Kita bisa lihat dari menit ke menit posisi banjir seperti apa dan bagaimana rencana kontinjensi yang ada di arah Kota Yogyakarta terkait dengan ancaman banjir lahar dingin," kata Lilik.

BNPB, kata dia, akan memastikan keaktifan sirine apabila terjadi erupsi maupun dampak erupsi serta memantau jalur-jalur evakuasi yang rusak di beberapa titik.

"Kami akan memastikan lagi sirine-sirine di sana. Apakah ini terpasang? Apakah pakai kentongan atau menggunakan bunyi lain," kata Lilik.

Dia mengingatkan masyarakat agar mengakses informasi perkembangan aktivitas Gunung Merapi lewat BPPTKG. Tak hanya bagi warga di Kabupaten Sleman, namun juga warga di kawasan Klaten, Boyolali, dan Magelang.

"Jadi ada tiga ancaman yang kita perhitungkan tahun ini, yaitu erupsi Gunung Merapi, pandemi COVID-19 dan ancaman La Nina yang terkait dengan banjir lahar tadi," sambungnya.