Riau Bebas Kabut Asap, Menteri Siti Nurbaya: Terima Kasih Kerja Kerasnya
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya (DOK. Kementerian LHK)

Bagikan:

JAKARTA - Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya menyampaikan terima kasih kepada semua pihak dan merasa bersyukur karena Riau terbebas dari kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla). 

Hal ini disampaikannya saat dia melakukan kunjungan ke Desa Muktisari, Kecamatan Tapung, Riau.

Menurutnya, berbagai koreksi kebijakan dan tindakan di lapangan membuat kebakaran hutan dan lahan akhirnya berhasil ditekan. Apalagi, dia ingat pada 2015 lalu, saat dia dan Presiden Joko Widodo (Jokowi) berkunjung ke Riau, saat itu sebaran titik api membuat masyarakat akhirnya dikepung kabut asap.

"2016 (langkah koreksi, red) mulai berjalan. 2017 karhutla mulai berkurang, 2018 juga turun. 2019 sempat banyak lagi, terlebih di Kalimantan. Alhamdulillah, saya bersyukur tahun 2020 Riau bebas asap. Dengan segala kerendahan hati, dihadapan bapak ibu semuanya, saya ucapkan terimakasih rakyat Riau. Terimakasih atas kerja keras semuanya," kata Menteri Siti dalam keterangan tertulisnya yang diterima VOI, Jumat, 13 November.

"Saya menyampaikan salam dari Bapak Presiden Joko Widodo. Beliau tiada henti menyayangi Provinsi Riau. Saya juga berterimakasih atas Visi Misi Gubernur yang sejalan dengan agenda Nasional. Kami akan selalu bersama rakyat Riau," imbuhnya.

Siti menjelaskan, pengendalian karhutla selama ini menjadi prioritas pemerintah selain melakukan pembangunan infrastruktur. Pengendalian ini juga bukan sekadar melakukan pemadaman tapi juga melakukan pencegahan lewat berbagai koreksi kebijakan mulai dari moratorium izin, perbaikan tata kelola gambut, penegakan hukum lingkungan, pemberian hak kelola perhutanan sosial, TORA, dan berbagai koreksi kebijakan fundamental lainnya.

Selain itu, melalui Inpres 3/2020, pengendalian karhutla dilakukan secara kolektif dari berbagai kementerian/lembaga, termasuk Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Sementara di tingkat kerja operasional, pengendalian karhutla melibatkan kerja bersama anggota brigade Manggala Agni KLHK, Pemadam Kebakaran (Damkar) Pemda, TNI, Polri, BNPB, BPBD, BPPT, BMKG, Swasta, dan berbagai elemen anak Bangsa lainnya. 

Dari kerja sama ini, Indonesia dapat menghindari duet bencana karhutla dan COVID-19. Apalagi, saat ini upaya pencegahan juga dilakukan melalui Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) yang intensif dilakukan di provinsi yang rawan terdapat titik api.

Siti mengatakan, sejak diaktifkan tanggal 11 Februari 2019,  Pemprov Riau akhirnya mengakhiri status Siaga bencana karhutla 2020. Selama masa ini, Indeks Standard Pencemaran Udara (ISPU) di Riau juga tidak ada yang menunjukkan level berbahaya maupun yang tidak sehat.

Adapun perbandingan total jumlah titik api atau hotspot per tanggal 1 Januari-20 Oktober, berdasarkan Satelit Terra/Aqua (NASA) dengan level confident ≥80 persen, khusus untuk hotspot di Riau pada periode tersebut di 2019 terdapat 3.032 titik. Namun berkat dukungan dan kerja keras semua pihak, hotspot di 2020 dapat ditekan ke angka 327 titik.

Secara keseluruhan di Indonesia pada periode yang sama, jumlah titik api dari 25.453 titik ke 2.191 titik. Artinya terdapat penurunan jumlah hotspot sebanyak 23.261 titik atau 91,39 persen. Sehingga, dia meminta kerja sama ini harus tetap dipertahankan.

"Mari melangkah dalam derap langkah yang sama. Sebagaimana pesan Bapak Presiden, pembangunan kita harus sejalan dengan pemulihan lingkungan. Masalah lingkungan terjadi karena persoalan lama bertahun-tahun, dan sekarang kita benahi salah satunya melalui UU Cipta Kerja. Pelayanan untuk rakyat harus secepatnya, sederhana, tidak boleh ada transaksi suap, persoalan publik harus selesai dengan baik," pungkasnya.