JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD mengatakan saat ini masih ada 660 warga negara Indonesia yang masuk dalam daftar teroris asing atau foreign terrorist fighters (FTF) di mancanegara. Mahfud mengatakan nasib kepulangan mereka ke Indonesia saat ini masih menjadi pembahasan di tingkat kementerian.
Hanya saja, menurut mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) saat ini pemerintah tengah gamang. Karena di satu sisi, warga negara Indonesia tidak boleh state-less atau tidak memiliki kewarganegaraan tapi di lain sisi, pemerintah khawatir ketika mereka dipulangkan justru menyebarkan virus terorisme.
"Tadi didiskusikan, apakah itu mau dipulangkan apa tidak, kalau mau pulangkan, pulangkan semua atau tidak, memang tidak mudah karena berdasar prinsip konstitusi, setiap warga negara itu punya hak untuk mendapat kewarganegaraan dan tidak boleh berstatus state-less, tidak boleh itu di dalam konstitusi," kata Mahfud kepada wartawan di kantornya, Selasa, 21 Januari.
"Tetapi problemnya, kalau mereka dipulangkan karena hak itu, itu juga bisa menjadi, ada yang khawatir ya bisa menjadi virus teroris-teroris baru," imbuhnya.
Berkaca dari permasalah tersebut, saat ini pemerintah tengah mengkaji langkah apa yang akan diambil terkait WNI yang berangkat berperang ke luar negeri. Dia juga menjelaskan, rapat ini memang mengundang kementerian karena hasilnya akan menyangkut beberapa kebijakan.
"Kemensos misalnya menampung akibat sosialnya, Kemenkumham yang hukum dan kewarganegaraanya, ada juga pariwisata dan investasi bisa terkena imbas. Kalau misalnya masih ada ancaman teroris dan semuanya akan dipertimbangkan dan nanti akan disampaikan ke presiden," jelasnya sambil mengatakan sikap pemerintah kemungkinan akan diambil dalam jangka waktu enam bulan ini.
Dalam kesempatan itu, Mahfud juga menjelaskan 660 warga negara Indonesia yang pergi untuk berperang berada di kawasan Timur Tengah. Walau tak secara spesifik, dia mengatakan paling banyak warga negara ini tersebar di beberapa wilayah ini.
"Kita tadi melihatnya ada di Afganistan, Suriah, dan di Turki. Di mana-manalah banyak. Suriah kayaknya paling banyak ya," tutupnya.