Gudang Garam Mulai Berbisnis Jalan Tol
Ilustrasi. (Angga Nugraha/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Produsen rokok, PT Gudang Garam Tbk mengembangkan sayap bisnisnya dengan berbisnis di sektor infrastruktur, khususnya di jalan tol. Hal itu ditandai dengan pembentukan cucu usaha Gudang Garam yang bergerak di bidang jalan tol bernama PT Surya Kertaagung Toll.

Sekretaris Perusahaan Gudang Garam Heru Budiman mengatakan, PT Surya Kertaagung Toll didirikan di bawah PT Surya Kerta Agung yang merupakan anak usaha emiten bersandi saham GGRM itu.

"Anak perusahaan PT Surya Kerta Agung telah mendirikan anak perusahaan baru dengan nama PT Surya Kertaagung Toll, berkedudukan di Kediri," jelas Heru dikutip dari keterbukaan informasi Gudang Garam di laman Bursa Efek Indonesia, Rabu 11 November.

Heru menjelaskan, pendirian PT SKT adalah untuk memperluas bidang usaha perseroan di bidang konstruksi. PT SKT akan menggarap peningkatan, pemeliharaan, dan perbaikan jalan, jalan raya dan tol, serta jembatan dan jalan layang.

Tak hanya itu, bidang usaha PT SKT juga tidak terbatas pada kegiatan pembangunan, peningkatan, pemeliharaan, penunjang, pelengkap, dan perlengkapan infrastruktur tersebut di atas.

"Namun juga dalam hal pemasangan bangunan prafabrikasi yang utamanya dari beton untuk konstruksi jalan dan jalan rel sebagai bagian dari pekerjaan yang tercakup dalam konstruksi bangunan sipil dan biasanya dikerjakan atas dasar subkontrak," tutur Heru.

Gudang Garam sendiri memiliki sebanyak 499.999 saham atau sebesar 99,9 persen di PT Surya Kerta Agung yang mendirikan PT SKT.

Pendirian PT SKT ini tertuang dalam Akta Pendirian nomor 09 tertanggal 6 November 2020 yang dibuat oleh Notaris Danny Rachman Hakim di Kediri, Jawa Timur.

Dilihat dari struktur modal, PT SKT memiliki modal dasar senilai Rp1,2 triliun. Modal ditempatkan dan disetor tercatat senilai Rp300 miliar atau sebanyak 300 ribu saham denga nilai nominal Rp1 juta per saham.

Di dalam PT SKT, PT SKA mengambil porsi saham sebanyak 299,999 saham atau 99,9 persen yang setara dengan Rp299,99 miliar. Selanjutnya, Heru Budiman mengambil bagian saham sebanyak 1 persen atau satu saham yang setara dengan Rp1 juta.