JAKARTA - Tim Advokasi Penanganan Hukum dan Keadilan (Tampak) mendatangi gedung DPR menemui ketua Komisi III DPR Bambang Wuryanto. Kedatangan para advokat untuk mengadukan persoalan kasus kematian Brigadir Yoshua Hutabarat atau Brigadir J di rumah Kadiv Propam nonaktif Irjen Ferdy Sambo.
Advokat yang tergabung dalam Tampak, Saor Siagian, mendorong agar Mabes Polri membuka kasus ini secara transparan tanpa ada yang ditutup-tutupi. Apalagi, CCTV di kediaman Irjen Sambo yang bisa dijadikan sebagai bukti sudah ditemukan.
"Kemarin kan mabes Polri membuka, artinya ada petunjuk tim yang selama ini dibentuk, berarti banyak hal yang sesungguhnya di sana ditutup-tutupi. Dulu CCTV tidak ada dan sudah ditemukan. Ini adalah awal untuk mengungkap kasus ini," ujar Saor di gedung DPR, Jumat, 22 Juli.
"Maka Kami dorong teman-teman di Komisi III sebagai pengawas segera mengawasi dan mengawal kasus ini secara khusus. Karena ini bukan masalah pribadi Yoshua Hutabarat, tetapi masalah menyangkut tentang eksistensi negata kita," sambungnya.
Saor menegaskan, Presiden Jokowi sudah dua kali meminta kasus ini dituntaskan. Karena itu, kata dia, penyidik tim khusus tak bisa berlama-lama
"Jangan lagi misalnya ada rekayasa, ada lidik (penyelidikan), jangan lagi ada tuduh-tuduhan baru tapi sekarang fokus yang dikerjakan Mabes Polri. Mengungkap siapa sesungguhnya Yoshua Hutabarat ini. Karena ini mungkin satu-satunya di dunia, di mana seorang ajudan yang melindungi atasannya 6 tahun kemudian terbunuh karena dia tahu peristiwa itu. Ini menyangkut penegakan hukum," tegasnya.
BACA JUGA:
Saor menyebut, kasus kematian Brigadir J ini sebetulnya sederhana. Dia menilai, Kadiv Propam nonaktif Irjen Ferdy Sambo bisa menjadi saksi yang bisa mengungkap siapa pelaku dibalik penembakan itu.
"Saya kira sederhana, karena waktu terbunuhnya saudara Brigadir J kan, saudata Kadiv Propam katanya kan menelepon, kan sudah jelas, paling tidak dia sebagai saksi ya toh. Sangat sederhana kasus ini, oleh karena itu segera diungkap. Dia bertelepon kok ke Mabes yang kita dengarkan, artinya dia sedang PCR katanya, sehingga istrinya mau dilecehkan kemudian menelepon saudara kapolres, artinya adalah kasus ini sangat sederhana seperti dibilang analisa dari Tampak, cuma mau serius enggak?," terangnya.