Bagikan:

JAKARTA - Elite Partai NasDem Zulfan Lindan menginisiasikan duet Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Ketua Umum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) untuk Pilpres 2024. Bahkan, dia menggembar-gemborkan duet Anies-AHY bakal menang. 

Padahal, koalisi NasDem hingga saat ini belum juga terbentuk. Sejauh ini NasDem baru menampakkan sinyal koalisi bersama Demokrat dan PKS. 

Berbeda dengan Golkar, PAN dan PPP. Sejak awal ketiga partai ini sudah sepakat membentuk koalisi bernama Koalisi Indonesia Bersatu. Namun, sebaliknya koalisi ini belum memunculkan nama calon yang akan diusung. Hanya rumors saja yang menyebut KIB bakal mengusung Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. 

Lantas, apa respons KIB soal duet Anies-AHY yang menjadi ide NasDem?

Menanggapi usulan duet ini, Partai Golkar mengaku tak yakin duet Anies-AHY akan terwujud. Sebab, meski Anies menjadi capres rekomendasi Rakernas NasDem, namun sampai hari ini mantan Mendikbud itu belum menyatakan kesediaannya untuk dicalonkan. 

"Anies-AHY? Apa Pak Anies-nya bersedia? Saya tidak yakin beliau berkenan maju menjadi capres," ujar Ketua DPP Partai Golkar Ace Hasan Syadzily, Rabu, 20 Juli. 

Lain dengan Golkar yang tak yakin, PAN justru merespons santai wacana duet Anies-AHY. Wakil Ketua Umum PAN Yandri Susanto mengatakan pihaknya tak ambil pusing soal ide duet tersebut.

"Ya enggak apa-apa, klaim-mengklaim kan kerjaan orang partai politik ya kan. Merasa menang, merasa pemenang, atau membuat permainan sudah selesai, itu sudah biasa," kata Yandri kepada wartawan di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa, 19 Juli.

Menurutnya, ide duet Anies dan AHY tidak perlu dirisaukan oleh KIB. Kata Yandri, pihaknya memiliki perhitungan dan taktik sendiri terkait pencapresan.

Wakil Ketua MPR itu menegaskan, pihaknya akan menunggu figur paslon capres yang resmi nantinya di KPU. Yandri menilai, saat ini usulan-usulan duet capres sebagai bagian dari demokrasi.

"Menurut saya, siapa yang bertarung itu tunggu di KPU pasangan siapa yang resmi. Kalau sekarang kan masih katanya-katanya kan, termasuk partai pengusungnya masih katanya-katanya. Oleh karena itu, semua bisa bermanuver, bisa semua ngomong apa, berkomentar tentang apa boleh, dan itulah bunga-bunga demokrasi saya kira nggak ada masalah," kata Yandri.  

Sementara, PPP menjelaskan, sejauh ini partainya masih fokus untuk menggodok nama calon presiden yang akan diusung bersama Koalisi Indonesia Bersatu (KIB).

"Kami masih menggodok nama dan mencermati untuk sampai pada pendaftaran capres di tahun depan. Jadi masih ada waktu satu tahun untuk menimbang dan membaca peluang untuk kemungkinan bisa menang dan mendongrak partai yang ada di KIB," kata Ketua DPP PPP Achmad Baidowi (Awiek) kepada wartawan, Selasa, 19 Juli. 

Menurut Awiek, semua tokoh yang masuk dalam bursa capres memiliki potensi untuk diusung. Hanya saja, kata dia, pihaknya masih menjaring calon dan perlu diukur lebih dalam.

"Belum kita masih ada waktu satu tahun lah, untuk inventarisasi. Tentu perkembangan survei kita lihat lah, termasuk juga untuk mengukur elektabilitas seseorang," jelasnya. 

"PPP mendasarkan pertama pada aspek integritas, kualitas, pengalaman di birokrasi baik di daerah pusat atau pengalaman memimpin partai politik. Berikutnya punya komitmen keumatan dan kerakyatan dan elektabilitas," tambah Awiek.