Bagikan:

JAKARTA - Anggota Komisi VII DPR dari Fraksi PKS Mulyanto, mengkritik program renovasi ruang kerja Ketua Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Megawati Soekarnoputri yang menghabiskan biaya sekitar Rp6 miliar.

Menurutnya, program tersebut sangat tidak pantas dilakukan saat ini karena menghabiskan biaya yang relatif besar. Semestinya, kata Mulyanto, anggaran BRIN sebesar itu digunakan untuk kegiatan riset yang hasilnya bermanfaat bagi masyarakat, bukan untuk menyediakan ruang tidur bagi pimpinannya.

"Ketua dan anggota Dewan Pengarah BRIN ini kan umumnya adalah tokoh atau pejabat di lembaga lain, yang sudah memiliki ruang kerja. Jadi yang dibutuhkan mereka adalah ruang pertemuan untuk mendiskusikan berbagai hal yang dapat bersifat co-working space. Jadi tidak perlu pengadaan baru," ujar Mulyanto kepada wartawan, Senin, 18 Juli.

Mulyanto menilai angka Rp6 miliar lebih untuk renovasi ruang kerja tersebut cukup fantastis. Mengingat kondisi keuangan negara saat ini sedang kembang-kempis akibat mensubsidi komoditas migas. 

"Sebaiknya memang ditunda dulu kalau memang tidak mendesak. Mengingat kondisi keuangan negara yang terbatas," lanjutnya. 

Politikus PKS itu juga menilai, daripada untuk merenovasi ruang kerja, lebih baik anggaran sebesar itu dipakai untuk kegiatan lain yang lebih penting. Mengingat saat ini masih banyak kegiatan prioritas lain yang perlu dituntaskan BRIN. 

"Dewan Pengarah harusnya memberikan arah yang bernas dan jitu bagi pengembangan riset dan teknologi di tanah air. Bukan malah menjadi beban baru bagi BRIN," tegas Mulyanto. 

Ada pun yang harus diprioritaskan BRIN, lanjut Mulyanto, yakni proses penggabungan lembaga penelitian di berbagai kementerian yang masih belum selesai, soal administrasi pemindahan orang (peneliti), barang, laboratoriun, gedung, termasuk program dan anggaran yang masih terlihat amburadul.

"Ini perlu diselesaikan dan ditata sampai tuntas," imbau Mulyanto.

Legislator PKS Dapil Banten itu mengingatkan, saat ini BRIN harus kerja keras untuk menyelesaikan PR tersebut. Oleh karena itu, dibutuhkan komitmen dari seluruh pimpinan BRIN agar dapat mengejar ketertinggalannya. Bukan malah menambah PR baru yang tidak dapat diselesaikan.

"BRIN membutuhkan orang yang mau kerja keras. Bukan orang yang mau leyeh-leyeh, duduk manis di ruang kerja yang mahal," pungkas Mulyanto. 

Sebelumnya, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menjelaskan soal renovasi ruang kerja Ketua Dewan Pengarah Megawati Soekarnoputri dan 9 pengarah lainnya yang menelan biaya Rp6 miliar lebih. 

"Jadi sejak ada pelantikan, kami itu tak punya ruangan untuk Dewan Pengarah," kata Kepala Biro Komunikasi Publik Umum dan Kesekretariatan BRIN Driszal Friyantoni saat dihubungi, Minggu, 17 Juli.

Sementara terkait keberadaan kamar tidur di ruangan mantan Kepala BPPT tersebut, BRIN memutuskan untuk tetap mempertahankan. Menurutnya, kamar tidur itu sesungguhnya bukan fasilitas baru. 

"Ya sudahlah Ibu (Megawati) kan sudah tua juga, sudah sepuh kan? Misalnya ingin istirahat, daripada kami hilangkan, ya sudah itu tetap ada," kata Driszal.  

"Sekarang kalau mau dilihat juga ada, kita juga kaget kan (kabar renovasi ruangan Megawati viral)," sambungnya.

Driszal pun menyebut upaya BRIN mempertahankan kamar tidur untuk ketua Dewan Pengarah mereka ini sebagai hal yang wajar. Apalagi Megawati kini berusia 75 tahun butuh untuk beristirahat. Karenanya, renovasi untuk kamar tidur ini tetap dilakukan.

"Daripada bekas orang gitu kan? Kan mungkin Ibu agak risih juga, mungkin beristirahat kalau bekas orang, nah sekalian (direnovasi)," kata Driszal.

Driszal memastikan renovasi Rp6 miliar ini murni inisiatif dari BRIN tanpa ada usulan dari Dewan Pengarah. Termasuk soal keberadaan kamar tidur untuk Megawati. "Permintaan dari Ibu enggak ada sama sekali, mengarahkan itu enggak ada," pungkasnya.