MATARAM - Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim mengaku pihaknya memprioritaskan penguatan ekosistem riset di satuan pendidikan.
"Melalui gerakan merdeka belajar, kami di Kemendikbudristek memprioritaskan upaya penguatan ekosistem riset di satuan pendidikan," kata Mendikbudristek Nadiem dalam Pembukaan Pekan Pemuda Ilmiah Riset dan Inovasi (PIRN) XX di Gedung Graha Bakti Praja Kantor Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) di Kota Mataram, Senin 11 Juli.
Salah satu cara Kemdikbudristek memfasilitasi penguatan ekosistem riset tersebut, melalui program Matching Fund, yaitu program yang mempertemukan perguruan tinggi dengan industri untuk melakukan riset yang didukung oleh Kemendikbudristek melalui skema pemadanan anggaran.
Matching Fund adalah bentuk nyata dukungan dari Kemdikbudristek untuk penciptaan kolaborasi dan sinergi strategis antara insan perguruan tinggi (lembaga perguruan tinggi) dengan pihak industri.
Pada 2021, Kemdikbudristek mendanai lebih dari 450 proposal di perguruan tinggi akademik maupun vokasi dengan total dana dukungan Rp280 miliar.
Sementara untuk para pelajar pada 2022, Kemdikbudristek juga melanjutkan program Kihajar STEM (Kita Harus Belajar) STEM (Sains, Teknologi, Teknik, dan Matematika) sebagai ruang untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreativitas.
BACA JUGA:
"Sampai hari ini sudah lebih dari 65.000 pelajar di seluruh Indonesia yang mengikuti program ini dan menjadi generasi Kihajar STEM," ujarnya.
Kihajar STEM merupakan wadah eksplorasi untuk peserta didik pada satuan pendidikan SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK, untuk berpikir kritis, kreatif, dan mampu berkolaborasi dan berkomunikasi dalam mengembangkan proyek berbasis STEM melalui pendayagunaan teknologi informasi dan komunikasi.
Peserta Kihajar STEM akan berkompetisi di tahap basic, intermediate dan final. Program tersebut bertujuan untuk mewujudkan profil pelajar Pancasila yang memiliki keterampilan berpikir kritis, kreatif, kolaboratif dan mampu berkomunikasi.