Bagikan:

JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan bahwa forum 20 ekonomi terbesar dunia (Group of 20/G20) harus dapat menunjukkan kepemimpinan global dengan memberikan solusi terhadap berbagai tantangan jangka pendek maupun jangka panjang.

“Indonesia menyerukan dukungan anda untuk menemukan konsensus terkait aksi konkret dan praktis yang menunjukkan G20 memang forum ekonomi premier, termasuk dalam tiga prioritas Presidensi G20 Indonesia, yakni kesehatan global, transformasi digital, dan transisi energi,” katanya dalam pidato kunci yang disampaikan secara virtual pada pembukaan Pertemuan Sherpa kedua G20 yang diselenggarakan di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur seperti dikutip Antara, Minggu 10 Juli.

Di hadapan para sherpa dari negara-negara anggota G20, negara undangan, serta sejumlah organisasi internasional, Airlangga mengatakan bahwa tantangan global kian membesar.

“Konsekuensi konflik mendorong tantangan struktural. Inflasi dan ketidakstabilan pasar energi serta keamanan pangan telah berdampak pada kehidupan masyarakat dan kesempatan di seluruh penjuru dunia,” katanya.

Dia pun mengutip laporan Program Pangan Dunia PBB yang menyebutkan bahwa harga pangan yang melonjak dapat mengakibatkan 323 juta orang di dunia menghadapi risiko ketidakamanan pangan.

G20, menurutnya, dapat mengambil langkah untuk melindungi mereka yang paling rentan, dengan menangani disrupsi terhadap produksi pertanian, rantai pasok, dan perdagangan.

“Saya ingin menggarisbawahi bahwa di ruangan ini, hari ini, kita mengemban tanggung jawab untuk memikirkan orang lain dan untuk membawa solusi. Jutaan orang menderita akibat konflik di Ukraina. Jutaan orang di dunia kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dasar untuk makanan, ruang berlindung, dan keamanan,” paparnya.

Dia mengatakan bahwa rasa kemanusiaan harus diprioritaskan dalam kegiatan sherpa G20 di Labuan Bajo.

Lebih lanjut, dia menyampaikan bahwa akibat berbagai tantangan yang dihadapi dunia, pertumbuhan ekonomi global telah menurun, di mana World Bank Group memproyeksikan pertumbuhan global hanya sebesar 2,9 persen.

Sementara itu, negara-negara berkembang akan mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 3,4 persen pada tahun ini, angka yang hanya setengah dari tahun lalu.

“Indonesia adalah salah satu yang beruntung, dengan tren positif yang berjalan, mencapai 5,1 persen pertumbuhan pada kuartal 1 tahun 2022,” tambah Airlangga.

Ekspor juga meningkat 16,2 persen dan neraca perdagangan mencapai 16,89 miliar dolar AS, angka yang tertinggi dalam 15 tahun terakhir.

Namun, dia mengatakan bahwa jika Indonesia pulih sendiri, maka hal itu tak akan berarti. Indonesia pun mengajak G20 untuk turut mendorong pemulihan dunia, agar semua negara dapat kuat menghadapi berbagai tantangan lain di masa depan.

Pertemuan Sherpa G20 kedua diselenggarakan di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, mulai 10 hingga 14 Juli.

Perwakilan dari 19 negara anggota G20, enam negara undangan, dan sembilan organisasi internasional telah hadir untuk mengikuti berbagai agenda yang mencakup tiga isu prioritas presidensi Indonesia di G20, serta kunjungan ke sejumlah lokasi di Labuan Bajo seperti Taman Nasional Komodo dan Pulau Padar.

Sementara itu, satu negara anggota G20 mengikuti kegiatan secara virtual yakni Amerika Serikat.