Bagikan:

JAKARTA - Pemerintah terus berupaya meningkatkan fungsi bahasa Indonesia, dari bahasa nasional menjadi bahasa internasional. Diplomasi kini dilakukan oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di London, Inggris.

Upaya menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional erat kaitannya dengan pengembangan kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia untuk penutur asing (BIPA) baik itu di dalam negeri maupun di luar negeri. “Pembelajaran kegiatan BIPA di luar negeri merupakan salah satu bentuk diplomasi Indonesia dengan negara-negara sahabat,” ungkap Kuasa Usaha Ad-Interim (KUAI) RI London Adam M. Tugio.

Dilansir dari laman kemlu.go.id, pemerintah telah merumuskan strategi untuk mendukung pembelajaran BIPA. Beberapa strategi itu, di antaranya melalui upaya meningkatkan jumlah pengajar BIPA di luar negeri, membina jaringan terstruktur bagi penyelenggara BIPA terakreditasi (JAGA BIPA), serta menyusun bahan ajaran BIPA.

Hartyo Harkomoyo, Konselor Penerangan dan Sosial Budaya menyatakan harapan agar strategi pembelajaran bahasa dapat diimplementasikan dengan baik. Karena itulah KBRI London mengawali langkah tersebut dengan riset.

Survei

Pada September 2020, KBRI London melakukan survei pemetaan calon pemelajar bahasa Indonesia di Inggris Raya dan Republik Irlandia. Tercatat ada 159 entri dalam survei ini.

Survei yang dilakukan atas kerja sama dengan Dorothy Ferari, diaspora peneliti dari Universitas of London (SOAS) mengungkapkan bahwa mayoritas responden berusia dewasa --36 persen berusia antara 31-40 tahun dan 30 persen berusia 21-30 tahun-- dan bekerja -dengan persentase 74 persen.

Sebanyak 85 persen responden pernah mengunjungi Indonesia. Lebih dari setengahnya, yakni 59 persen mengaku pernah tinggal di Indonesia atau mengunjungi Indonesia secara reguler. Alasan utama mereka ke Indonesia adalah mengunjungi keluarga atau berlibur. Hal itu jadi alasan kenapa mereka belajar BIPA.

Namun, tercatat hanya 37 persen responden yang mengetahui adanya kelas-kelas BIPA di Inggris Raya dan Republik Irlandia. Dua institusi penyedia pembelajaran BIPA yang paling dikenal adalah KBRI London dan School of Oriental and African Studies, University of London (SOAS).

80 persen responden mengaku saat ini mereka tidak sedang mempelajari BIPA. Hal ini dikarenakan jadwal kursus yang bentrok dengan jadwal calon peserta didik (29 persen), biaya kursus yang mahal (27 persen), dan ketidaktersediaan kursus di kota kediaman pemelajar (26 persen).

Memang, mayoritas kursus BIPA diadakan di London, seperti di KBRI London, SOAS, Royal Botanical Garden, Kew, dan Foreign Commonwealth & Development office (FCDO). Selain itu, KBRI London juga pernah mengadakan kelas ekstrakurikuler di dua sekolah di London, yaitu Whitefield School dan St. Matthews C.E Primary School.

Namun, KBRI London sebelumnya juga pernah menawarkan kelas BIPA tidak berbayar di University of Nottingham, di kota Bristol dan York. Berdasarkan hasil survei, mayoritas responden (66 persen) menyatakan bersedia meluangkan waktu setidaknya 1,5 jam tiap untuk memelajari BIPA.

Waktu yang menurut mereka paling ideal adalah hari Senin sampai Kamis, malam hari, antara pukul 18.00 sampai pukul 21.00 waktu setempat. Selain mengumpulkan data melalui survei, dilakukan juga pengumpulan data melalui wawancara.

Ada sepuluh orang dari responden survei yang diwawancara. Responden dipilih berdasarkan latar belakang mereka. Responden termuda yang diwawancara berusia lima tahun dan responden tertua berusia di atas 60 tahun.

Minat belajar tinggi

Dari hasil wawancara, diketahui adanya minat kelas BIPA untuk anak-anak dan remaja. Peserta wawancara juga menekankan pentingnya silabus kursus yang menekankan pada kemampuan berbicara. Hal ini dikarenakan mereka memunyai akses memelajari keterampilan lain, seperti membaca dan menyimak dengan menggunakan materi yang ada di situs daring. Sedangkan kesempatan berbicara tak begitu banyak mereka miliki.

Hasil wawancara juga menunjukkan minat tinggi terhadap pembelajaran BIPA. Seorang peserta mengatakan, “bahasa Indonesia adalah bahasa yang sangat menarik. Secara prinsip, bahasa Indonesia adalah bahasa yang mudah untuk dipelajari. Oleh karena itu, saya pikir jika ada lebih banyak promosi tentang kursus bahasa Indonesia yang tersedia, orang-orang akan tertarik untuk memelajarinya.”

Lainnya berkata, “Indonesia sekarang sudah dilirik oleh negara-negara lain. Sekarang lebih banyak orang yang tahu tentang Indonesia. Saya pikir alangkah bagusnya jika jumlah kursus bahasa Indonesia diperbanyak, tidak hanya terkotak di London saja”.

Merespons itu, Konselor Penerangan dan Sosial Budaya KBRI London Hartyo Harkomoyo mengatakan, “memandang tingginya animo masyarakat terhadap pembelajaran BIPA, KBRI London bekerjasama dengan SOAS Language Centre memberikan kursus BIPA tdak berbayar kepada responden survei terpilih."

Selain itu, KBRI London juga memulai kelas daring bahasa Indonesia melalui akun YouTube KBRI London. Video singkat berdurasi sekitar delapan menit diunggah setiap hari Sabtu pukul 13.00 waktu setempat.

Peserta belajar dapat mengakses video tersebut kapan pun dan di mana saja. Namun, jika ingin berinteraksi dengan tutor, peserta belajar harus menuliskan pertanyaan di kolom komentar setiap hari Sabtu antara pukul 13.00 hingga pukul 14.00. Tutor akan menjawab pertanyaan tersebut pada waktu yang telah ditentukan.

Kelas daring ini sudah dimulai dari tanggal 3 Oktober 2020 lalu. Empat video untuk kelas pemula sudah diunggah. Selanjutnya di bulan November 2020, KBRI London akan mengunggah materi video untuk kelas madya. Untuk kelas mahir, video akan diunggah pada akhir bulan November hingga Desember 2020.

Untuk mengikuti kelas daring ini, peserta belajar bisa merujuk ke laman YouTube KBRI London. Semua usaha-usaha ini, dikatana merupakan bentuk kesungguhan KBRI London mendukung upaya pemerintah menjadikan bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional.