Bagikan:

JAKARTA - Pengamat Kebijakan Publik Azas Tigor Nainggolan, mendesak PT Kereta Api Indonesia (KAI), Pemkot Jakarta Timur, Kodim 0505/Jakarta Timur dan Polres Metro Jakarta Timur segera mengambil langkah tegas menutup lokalisasi prostitusi dan perjudian di Gunung Antang. Pasalnya, lokalisasi itu berada di dekat Stasiun Matraman yang baru diresmikan.

"PT KAI harus jaga itu. Cepat dibersihkan. Kalau tidak stasiunnya kumuh nanti, rawan itu. Sayang dong, bagus-bagus stasiunnya jadi rawan. Jangan cuma PT KAI, Pemdanya juga, polisi juga, TNI juga, itu harus terlibat karena ada preman-preman di dalamnya," kata Azas Tigor kepada VOI, Selasa, 28 Juni.

Seperti diketahui, PT KAI menargetkan pembongkaran lokalisasi prostitusi Gunung Antang, Kecamatan Matraman, Jakarta Timur pada bulan Juli mendatang. Sejumlah bangunan liar itu akan dibuat fasilitas publik, salah satunya yakni Ruang Terbuka Hijau (RTH).

Saat ini, PT KAI masih berkoordinasi dengan Pemerintah Kota Jakarta Timur terkait rencana penertiban atau pembongkaran lokalisasi Gunung Antang itu.

"Itu cuma alasan, kalau kerawanan semua harus tanggungjawab dong. Kan cuma perintahkan aja sama PT KAI, jangan banyak alasan Polisi, Kodim dan Pemkot. Sebagai pejabat publik, dia harus amankan daerah publik, jangan jadi proyek," tegasnya.

Sementara, warga meminta kepada pemerintah dan aparat untuk segera menutup lokalisasi Gunung Antang, Matraman, Jakarta Timur.

Permintaan itu dilontarkan warga saat terjadi proses mediasi antara pihak Gunung Antang dengan warga Rawa Bunga di Polres Jaktim, Senin, 13 Juni, lalu.

Permintaan penutupan itu terutama muncul dari warga RW 001, Kelurahan Rawa Bunga, Kecamatan Jatinegara. Permukiman warga itu berdekatan dengan lokalisasi Gunung Antang yang dianggapnya meresahkan.

Namun, keberadaan lokalisasi Gunung Antang seperti terlindungi. Lokalisasi itu masih kokoh berdiri meski banyak dikeluhkan masyarakat sekitar. Azas Tigor pun menduga adanya permainan di lokalisasi lembah hitam itu.

"Memang ada permainan, saya bilang ada preman berseragam di dalam (lokalisasi). Itu sudah puluhan tahun (lokalisasi), karena memang tidak serius ngebersihinnya (menutup lokalisasi)," tegasnya.