Wanita Pemburu Rupiah dari Kantong Hidung Belang, Dipaksa Bayar Rp25 Ribu untuk Jasa Keamanan di Gunung Antang
Petugas gabungan melakukan razia wanita pekerja seks komersial di lokalisasi prostitusi Gunung Antang, Jakarta Timur

Bagikan:

JAKARTA - Sisi lain dari lokalisasi prostitusi Gunung Antang ternyata memberikan celah pundi - pundi pungutan liar (pungli) dari bisnis prostitusi itu. Kawasan yang terdiri dari rentetan gubuk liar dan tenda - tenda alias bedeng itu kerap menjamur meski telah ditertibkan sebelumnya.

Seperti diketahui, lahan lokalisasi Gunung Antang berada di atas tanah aset milik PT KAI. Namun karena kurang pengawasan dari PT KAI, bangunan liar dan tenda - tenda itu kembali bermunculan. Lahan itupun dikuasai preman.

Berdasarkan penelusuran VOI di lokasi, di kawasan itu terdapat sejumlah warung yang menjajakan berbagai minuman keras tak berizin. Bahkan, pada bangunan liar itu terdapat sejumlah kamar yang dijadikan tempat prostitusi terselubung.

Mulai pagi hingga larut malam, kawasan ini disinggahi sejumlah wanita malam. Mereka menjajakan diri mulai pagi. Namun pada pagi hari, para pekerja seks komersial ini kurang menampakan diri. Kehidupan di Gunung Antang akan terasa pada malam hingga dinihari.

SJH, salah satu wanita penjaja seks di Gunung Antang memberi kesaksian bahwa dipaksa membeli karcis sebagai tiket masuk kawasan prostitusi itu.

Menurut SJH, tiket karcis yang dikenakannya sebesar Rp25 ribu untuk biaya kemanan dan kenyamanan agar bisa mencari nafkah di lembah hitam tersebut.

"Kalau malam mah (bayar karcis) Rp25 ribu, siang Rp10 ribu," singkatnya kepada VOI, Rabu, 15 Juni.

Usai membayar ‘tiket masuk’ kepada preman Gunung Antang, para pemburu rupiah dari kantong hidung belang itu baru bisa leluasa bekerja di pinggir rel kereta ibu kota.

Pria bertato ditemukan tewas mengenaskan di lokalisasi prostitusi Gunung Antang/ Oktober 2021/ (Foto: Rizky Sulistio/VOI)

Lokalisasi Rawan Konflik

Gunung Antang juga dikenal sebagai tempat perjudian. Lokalisasi yang dihimpit antara jalur kereta dengan tembok pembatas jalan raya, dekat stasiun Jatinegara itu juga dikenal dengan aksi kriminalitasnya.

Peristiwa pembunuhan pernah terjadi setahun yang lalu di Gunung Antang. Seorang pria bertato ditemukan tewas mengenaskan di Gunung Antang, pada 17 Oktober 2021, lalu.

Korban bernama Sugito (45) asal Bojonegoro Jawa Tengah, ditemukan dengan luka tusuk dan sobek di sekujur tubuhnya. Sugito merupakan tamu di salah satu warung remang-remang Gunung Antang. Aksi pembunuhan itu terjadi saat Sugito dan temannya bersenggolan dengan kelompok lain di lokalisasi tersebut.

Menurut catatan Polres Metro Jakarta Timur, dua orang pelaku berinisial JS dan FS adalah pelakunya dan sudah menjalani proses hukum.