Bagikan:

JAKARTA - Dahsyatnya guncangan gempa berkekuatan magnitudo 6.1 yang mengguncang Afghanistan, menyebabkan jumlah korban tewas dan luka-luka terus bertambah, dengan banyak korban yang terperangkap di antara puing-puing reruntuhan bangunan.

Melansir BBC Juni, seorang pejabat Taliban yang berkuasa mengatakan jumlah korban tewas telah mencapai 1.000 orang dan melukai 1.500 lainnya. Menjadikan ini gempa paling mematikan yang melanda Afghanistan dalam dua dekade terakhir.

Upaya pertolongan maksimal dan pencarian terus dilakukan otoritas setempat. Tapi, dengan hanya segelintir pesawat dan helikopter yang layak terbang yang tersisa sejak Taliban kembali berkuasa, respon langsung yang bisa diberikan terbatas.

Warga pun berupaya melakukan penyelamatan mandiri dengan hal yang bisa mereka lakukan. Seperti Karim Nyazai, yang saat peristiwa terjadi berada di ibukota provinsi, bergegas kembali ke desanya yang hancur dan menewaskan 22 anggota keluarganya.

"Saya jauh dari keluarga saya yang tinggal di desa terpencil di distrik Gyan. Saya pergi ke sana segera setelah saya dapat menemukan mobil di pagi hari," katanya kepada The Guardian.

"Seluruh desa terkubur. Mereka yang berhasil keluar sebelum semuanya jatuh, berhasil mengeluarkan tubuh orang yang mereka cintai dari puing-puing. Mayat-mayat terbungkus selimut di mana-mana," ungkapnya.

"Saya kehilangan 22 anggota [keluarga besar] saya termasuk saudara perempuan saya, dan tiga saudara laki-laki saya. Lebih dari 70 orang di desa meninggal," lirih Karim.

Sementara, salah satu korban selamat, Arup Khan (22), yang ditarik keluar dari wisma yang runtuh, menggambarkan saat gempa terjadi. "Itu adalah situasi yang mengerikan. Ada tangisan di mana-mana. Anak-anak dan keluarga saya berada di bawah lumpur."

Diketahui, gempa hari Rabu terjadi sekitar pukul 01.30 dini hari waktu setempat pada kedalaman 10 km (enam mil), sekitar 47 km barat daya Khost, menurut Survei Geologi Amerika Serikat. Gempa bumi melanda sekitar 44km dari kota Khost dan getarannya terasa hingga ke Pakistan dan India. Saksi mata melaporkan merasakan gempa di ibu kota Afghanistan, Kabul dan ibu kota Pakistan, Islamabad.

Pejabat Taliban meminta PBB untuk "mendukung mereka dalam menilai kebutuhan dan menanggapi mereka yang terkena dampak", Sam Mort dari unit Kabul Unicef ​​mengatakan kepada BBC.