JAKARTA - DPR akan menjadi tuan rumah perhelatan the 8th Group of 20 Parliamentary Speakers Summit (P20). Ketua DPR RI Puan Maharani yang akan memimpin forum para Ketua Parlemen negara-negara G20 itu diyakini mampu membawa agenda Indonesia secara apik.
The 8th P20 Summit akan diselenggarakan dalam satu rangkaian dengan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di mana Indonesia tahun ini menjadi presidensi dalam forum multilateral itu. Selain membicarakan masalah global, setiap anggota G20 kemungkinan akan membawa agenda negaranya masing-masing.
Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Multimedia Nusantara (UMN), Silvanus Alvin menilai, perlu sosok pemimpin yang karismatik agar dapat mengkonsolidasi para anggota P20. Dengan begitu, parlemen Indonesia dapat membawa pesan kepada dunia mengenai agenda-agenda dalam negeri.
"Sosok Puan Maharani yang merupakan trah Soekarno saya yakini dapat menjadi sosok komunikator politik yang ulung dan bersahaja," kata Silvanus Alvin, Rabu 22 Juni.
Selain itu, Puan sendiri sudah cukup punya nama di forum-forum politik internasional. Hal ini dapat terlihat salah satunya ketika Indonesia menjadi tuan rumah Sidang Inter-Parliamentary Union (IPU) ke-144 pada Maret lalu, di mana kepemimpinan Puan mendapat pengakuan dan banyak diapresiasi oleh negara-negara forum parlemen dunia itu.
“Dan dari berbagai ulasan, pimpinan dan sejumlah anggota IPU menyatakan menantikan bisa hadir dalam P20. Artinya, komunikasi Puan saat menjadi pimpinan Majelis IPU ke-144 berhasil,” ucap Alvin.
Lebih lanjut, ahli Komunikasi Politik itu menilai event P20 tak bisa dipandang hanga sebagai kegiatan pelengkap dari KTT G20. Menurut Alvin, event P20 cukup penting untuk menunjukkan posisi Indonesia di mata dunia.
“Event P20 dapat menjadi salah satu event yang menunjukkan taring Indonesia di mata dunia,” sebutnya.
Posisi Puan sebagai Ketua DPR perempuan pun dianggap akan menyampaikan pesan kepada dunia. Puan dapat menjadi simbol bahwa Indonesia sangat mengedepankan kesetaraan gender dan keterlibatan perempuan dalam kebijakan publik.
“Kehadiran Puan Maharani selaku Ketua DPR perempuan pertama di Indonesia secara non-verbal dan implisit menunjukkan sistem politik Indonesia bukan condong pada patriakri melainkan berakar pada egaliter,” ungkap Alvin.
BACA JUGA:
P20 Summit yang diselenggarakan 6-7 Oktober mendatang bisa juga menjadi momentum untuk menunjukkan kesolidan fraksi-fraksi di DPR. Alvin mengatakan, kesolidan tersebut menunjukkan bahwa pemangku kepentingan, termasuk anggota DPR, mengedepankan rasa nasionalis demi kelancaran serta kesuksesan Indonesia di forum elit dunia itu.
"Melalui P20, DPR dapat menjadi contoh bagi publik bahwa urusan politik bukan soal narasi kegaduhan saja, melainkan menunjukkan semangat persatuan Indonesia untuk mendukung agenda global, terutama dalam mengatasi multikrisis global yang sedang terjadi,” papar pengajar pada Prodi Distance Learning UMN ini.
Di sisi lain, Alvin menyebut keberadaan parlemen sebagai mitra pemerintah akan saling melengkapi pada forum-forum internasional. Ia mengingatkan, fungsi DPR terkait legislasi, anggaran, dan pengawasan dapat dilakukan lewat diplomasi parlemen.
“Eksekutif bisa bergerak selama ada kejelasan aturan serta anggaran yang diatur di dalamnya. Dalam konteks itulah peran parlemen harus berjalan sinergi dengan eksekutif. Tidak lupa hal itu perlu diikuti dengan pengawasan agar berjalan sesuai dengan yang sudah ditentukan,” jelas Alvin.
Lulusan master University of Leicester, Inggris itu mengatakan, P20 Summit tentunya akan menghasilkan poin-poin konkrit karena kegiatan ini mendapat sorotan dunia. Oleh karena itu, kata Alvin, peran DPR sebagai tuan rumah akan sangat besar.
“Kesuksesan P20 ini nantinya bukan sekadar keberhasilan DPR semata, tapi akan menjadi keberhasilan serta kebanggaan seluruh penduduk Indonesia,” ujarnya.
Seperti diketahui, Puan mengajak parlemen negara-negara P20 bekerja sama untuk menyelesaikan berbagai krisis yang tengah dihadapi dunia. Sebab, pandemi Covid-19 telah menyebabkan timbulnya multikrisis.
“Saat ini segala masalah dunia kita saling berhubungan. Berbagai permasalahan global tidak dapat diselesaikan oleh satu negara atau oleh satu pihak saja,” ucap Puan saat Kickoff the 8th P20 Summit, Rabu (15/6).
Puan mengatakan, dibutuhkan kerja bersama, kolaborasi, dan gotong royong antar negara berupa kerjasama internasional. Selain itu juga dibutuhkan keterlibatan berbagai stakeholder lintas bidang, khususnya dalam sektor keamanan, politik, ekonomi, dan sosial.
“Setiap negara memiliki kapasitas dan kapabilitas dalam menghadapi risiko ancaman krisis. Melalui kerja bersama, kolaborasi, dan gotong royong antar negara diharapkan dapat meningkatkan daya respons setiap negara untuk menanggulangi permasalahan global,” urai Puan.
“Hal ini dapat kita lakukan hanya bila kita memperlakukan Sidang Forum G20 ini dengan komitmen yang kuat untuk menyelamatkan nasib dunia yang ditentukan oleh keputusan-keputusan yang akan kita diambil,” imbuh mantan Menko PMK itu.
Puan mengingatkan, masyarakat dari seluruh negara memiliki harapan besar agar G20 berkontribusi dalam menyelesaikan berbagai krisis yang melanda dunia. P20 disebut dapat berperan untuk memberikan perspektif parlemen terhadap isu-isu global.
“Untuk memberikan kontribusi dalam menjembatani perbedaan antar negara karena parlement is part of the solution. Kemudian memperkuat interaksi dan jejaring antara para Ketua parlemen negara-negara G20 dan negara-negara mitra,” paparnya.
Puan berharap P20 akan menghasilkan sebuah kesepakatan bersama yang dapat mendorong adanya aksi nyata (concrete action) dalam menyelesaikan berbagai masalah global yang ada. Kesepakatan P20, dinilai Puan, akan menjadi wujud komitmen negara-negara G20 untuk membangun dunia yang sehat dan aman.
“Kita berusaha membangun suatu dunia, di mana setiap orang dapat hidup dalam suasana damai. Kita berusaha membangun suatu dunia, di mana terdapat keadilan dan kemakmuran untuk semua orang,” tutup Puan.