Menlu Iran: Kita Tak Bisa Sepakati Penghinaan Muslim sebagai Bentuk Kebebasan Bicara
Mohammad Javad Zarif (Instagram/@jzarif_ir)

Bagikan:

JAKARTA - Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif angkat bicara soal polemik kehidupan Islam di Prancis. Ia menyoroti akar masalah: kartun Nabi Muhammad sebagai bentuk kebebasan berbicara. Ia tak sepakat dengan sudut pandang itu.

Membuat kartun Nabi Muhammad adalah penghinaan terhadap umat Muslim, katanya. Dan penghinaan adalah penyalahgunaan dari kebebasan berbicara itu sendiri.

Javad Zarif menambahkan, pernyataan tersebut jadi petunjuk yang jelas terhadap ucapan Presiden Prancis Emmanuel Macron yang dianggap kritis terhadap Islam. "Muslim adalah korban utama dari 'kultus kebencian'," katanya dalam kicauan Twitter, dikutip Selasa, 27 Oktober.

"Menghina 1,9 miliar Muslim dan kesucian mereka untuk kejahatan menjijikkan dari ekstremis semacam itu adalah penyalahgunaan kebebasan berbicara. Itu hanya memicu ekstremisme," tambahnya.

Tidak seperti beberapa negara Muslim. Para pemimpin ulama Iran tidak menyerukan pemboikotan barang-barang Prancis. Tetapi beberapa pejabat dan politisi Iran, termasuk kepala parlemen dan pengadilan ikut mengutuk Macron karena dianggap turut menyebar Islamofobia.

Ali Shamkhani, sekutu dekat otoritas tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei mengatakan "perilaku irasional" Macron menunjukkan "kekasarannya dalam politik."

"Kalau tidak, dia tidak akan berani memeluk Islam dalam pencariannya untuk kepemimpinan di #Eropa," kicau Shamkhani, sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran.

"Saya menyarankan agar dia membaca lebih banyak sejarah dan tidak bersukacita dalam mendukung Amerika dan Zionisme yang mengalami penurunan."

Sebelumnya, Macron merespons pemenggalan Samuel Paty dengan mengatakan akan melipatgandakan upaya menghentikan keyakinan Islam konservatif yang menumbangkan nilai-nilai Prancis. Macron juga secara gamblang memberi ruang dan dukungan pada penampilan kartun Nabi Muhammad, yang bagi umat Islam terlarang.

Akar segala masalah bermula dari serangan di luar sebuah sekolah Prancis pada 16 Oktober. Seorang pria 18 tahun asal Chechnya memenggal kepala Samuel Paty, guru sejarah berusia 47 tahun.

Sang guru sebelumnya menunjukkan karikatur Nabi Muhammad kepada murid-muridnya dalam mata pelajaran tentang kebebasan berbicara. Kartun itu pertama kali muncul beberapa tahun lalu di majalah satire Charlie Hebdo, yang kantornya di Paris.