JAKARTA - Foto komodo berhadap-hadapan dengan truk material di Pulau Rinca, Nusa Tenggara Timur (NTT) viral di media sosial. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KHLK) memberi penjelasan.
Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) KLHK, Wiratno memaparkan Pulau Rinca memiliki luasan sebesar 200 km2 (20.000 Ha), sedangkan luasan Lembah Loh Buaya adalah 5 km2 (500 Ha/2,5% dari luas Pulau Rinca).
Sedangkan estimasi populasi komodo di Pulau Rinca tahun 2019 diperkirakan 1300 ekor. Sementara populasi komodo di Lembah Loh Buaya adalah 5% dari populasi di Pulau Rinca atau sekitar 66 ekor.
Populasi komodo di Lembah Loh Buaya selama 17 tahun terakhir relatif stabil dengan kecenderungan sedikit peningkatan di 5 tahun terakhir.
“Jumlah komodo yang sering berkeliaran di sekitar area pembangunan sarana dan prasarana di Loh Buaya diperkirakan kurang dari kurang lebih 15 ekor dan komodo tersebut setiap pagi memiliki perilaku berjemur,” kata Wiratno dalam keterangan tertulis, Minggu, 25 Oktober.
Menurutnya, aktivitas pembangunan pariwisata selama ini, sedikit mempengaruhi perilaku komodo antara lain komodo lebih berani dan menghindari manusia. Namun tidak mempengaruhi tingkat survival/tingkat kebertahanan hidup (ardiantiono et al 2018).
Hal ini sambung Wiratno dapat dibuktikan dengan tren populasi yang tetap stabil di lokasi wisata Loh Buaya tersebut. Artinya, apabila di kontrol dengan baik dan meminimalisasi kontak satwa, maka aktivitas wisata pada kondisi saat ini dinilai tidak membahayakan populasi komodo areal wisata tersebut.
“Pada saat pandemi pengunjung di Pulau Rinca ±150 orang perbulan atau 10 –15 orang per hari. Dalam pembangunan sarana dan prasarana telah dilaksanakan protokol untuk mencegah dampak negatif dari pembangunan sarana dan prasarana tersebut terhadap satwa komodo yang diawasi oleh 5 – 10 ranger,” sambungnya.
Setiap dilakukan aktivitas pembangunan, ranger TN Komodo yang bertugas di Lembah Loh Buaya akan melakukan pemeriksaan keberadaan komodo termasuk di kolong-kolong bangunan, bekas bangunan dan dikolong truk pengangkut material.
Sampai dengan saat ini telah diselesaikan tahapan pembangunan sebesar 30 persen yang rencana akan selesai pada juni 2021 baik sarana dan prasarana di Pulau Rinca maupun pembangunan di dermaga baru. Apabila diperlukan kunjungan di Loh Buaya akan ditutup sampai pembangunan sarana dan prasarana tersebut selesai dilakukan.
“Terkait dengan foto yang tersebar di media sosial tersebut dapat dijelaskan bahwa kegiatan aktivitas pengangkutan material pembangunan yang menggunakan alat berat dilakukan karena tidak dimungkinkan menggunakan tenaga manusia. Penggunaan alat-alat berat seperti truk, ekskavator dan lain-lain, telah dilakukan dengan prinsip kehati-hatian. Sarana yang sedang dibangun ini hampir berada di atas areal terbangun sebelumnya seperti bangunan perkantoran balai taman nasional,” papar Wiratno.