Bagikan:

JAKARTA - Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) mewacanakan membangun koalisi baru bersama Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dengan nama Koalisi Semut Merah (KSM). 

Wakil Ketua Umum PKB Jazilul Fawaid, meyakini sebagai partai yang terlahir di era Reformasi, PKB dan PKS memiliki banyak kesamaan. Apalagi, keduanya memiliki basis suara terbanyak di kelompok partai Islam meskipun bukan merupakan partai besar. 

"Saya berpikir kenapa saya sebut semut merah, karena yang kecil-kecil saja deh. Yang gajah-gajah buat sendiri, coba diadu dengan sportif, tanpa saling curiga. Kan ini kita sering berkoalisi semut dan gajah di suatu tempat. Semutnya juga tidak dapat peran apa-apa," ujar Jazilul saat konferensi pers bersama Sekjen PKS Aboe Bakar Alhabsyi di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Kamis, 9 Juni. 

Soal semut merah, Jazilul menilai, kekuatannya tidak kalah dari koalisi partai-partai besar yang dianalogikan sebagai gajah. 

“Ini kita koalisi kecil-kecil, kita namakan koalisi semut saja, kalo perang, semut menang itu lawan gajah. Dan semutnya merah kecil, bisa menyusut kemana-mana,” imbuhnya. 

Lagipula, kata Jazilul, baik PKS dan PKB pernah sama-sama mengusung Abdurrahman Wahid alias Gus Dur sebagai presiden pada 1999 silam. Saat itu, PKS masih bernama Partai Keadilan (PK).

Kemudian ketika Susilo Bambang Yudhoyono menjadi presiden, kedua partai tersebut juga pernah sama-sama duduk di kabinet selama dua periode.

”Artinya koalisi PKB dengan PKS ini bukan hal baru, bahkan pernah mendudukkan orang sebagai presiden. Apakah 2024 bisa membangun koalisi dan menjadikan capres koalisi itu menang? Sangat mungkin,” tegas Jazilul.

Terkait langkah koalisi ke depan, Jazilul mengatakan, komunikasi masih sangat cair. Bahkan menurutnya, Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) juga masih membuka pintu untuk partai lain bergabung. 

"Karena semua partai masih cair, sebenarnya KIB pun mash cair, semuanya partai ini terbuka. Tetapi kami menyampaikan visi untuk persatuan Indonesia. Kami bersama ingin menunjukkan bahwa kita ingin bersatu, ingin masyarakat tidak lagi ‘partai partai yang mana’. Kalau itu, hampir semua partai punya pikiran," jelasnya. 

 

"Pastinya itu (komunikasi) ada. Tapi kapan jadwalnya? Ini pembicaraannya dalam tingkat mencari titik temu dan menyampaikan kesan kepada publik bahwa tidak ada lagi politik identitas, tidak ada lagi saling menjelekkan, utamanya umat Islam. Kuncinya kan di situ," pungkas Jazilul.