Bagikan:

JAKARTA- Ucapan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri yang risau dengan nasib Indonesia ke depan apabila dirinya sudah tak ada menjadi sorotan.

Pengamat komunikasi politik Universitas Indonesia, Jamiluddin Ritonga, menilai Megawati Soekarnoputri tak perlu cemas dengan keadaan Indonesia bila ia tidak ada. Menurutnya, Indonesia akan tetap baik-baik saja.

"Generasi muda Indonesia tak perlu diragukan untuk melanjutkan estafet kepemimpinan. Mereka akan bertanggung jawab menerima estafet tersebut. Mereka akan menggunakan gaya kepemimpinan yang berbeda dengan yang ada sekarang, termasuk gaya kepemimpinan Megawati di kala menjadi presiden," ujar Jamiluddin di Jakarta, Minggu, 5 Juni.

"Jadi, Megawati duduk manis saja dengan membiarkan generasi muda berkreasi. Cara mereka memimpin tak perlu harus sama dengan yang sudah dilakukannya," sambungnya.

Menurut Jamiluddin, Megawati justru harusnya gelisah dengan kondisi PDIP bila ia tidak ada. Kata dia, hal itu harus dipikirkan Megawati agar PDIP tetap utuh dan rukun tanpa dirinya ada di PDIP.

"Dengan cara mereka memimpin, Indonesia justru berpeluang akan lebih baik. Indonesia akan lebih demokratis di semua bidang. Karena itu, energi Megawati lebih baik difokuskan untuk memuluskan regenerasi di PDIP. Kalau hal itu berhasil dilakukannya, maka PDIP akan baik-baik saja seandainya ditinggalkannya," katanya.

Kalau PDIP baik-baik saja, tambah Jamiluddin, Indonesia juga akan lebih cepat menjadi negara modern. Sebab sebagai partai besar, PDIP akan berkontribusi atas baik buruknya Indonesia ke depan.

"Jadi, tanggung jawab utama Megawati justru memastikan PDIP baik-baik saja di kala ditinggalkannya. Megawati tak perlu memikirkan Indonesia tanpa dirinya. Generasi muda siap kapan saja meneruskan estafet kepemimpinan di Indonesia," katanya.

 Sebelumnya, Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Megawati Soekarnoputri mengungkapkan kekhawatiran atas kondisi bangsa RI hari ini yang dianggapnya terlalu nikmat di zona nyaman.

Hal itu diungkap Megawati saat menyampaikan refleksi kebangsaannya di peringatan Hari Lahir Pancasila. Presiden ke-5 RI itu menjadi pembicara kunci di Seminar Nasional Forum Rektor Penguat Karakter Bangsa (FRPKB) dalam rangka memperingati Hari Lahir Pancasila 1 Juni 2022 secara virtual, Rabu, 1 Juni.

Mulanya, Megawati bicara soal kekagumannya atas budaya bangsa Timur dan enggan mengikuti arus Barat.

"Masa kita mau ngikutnya ke Barat mulu, lho, dari sisi budaya seni itu yang namanya Timur itu luar biasa, lho," ujar Megawati.

Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP) itu pun kemudian menyinggung negara-negara besar. Dia menyebut negara tersebut tak didiami bangsa aslinya.

"Yang disebut orang Amerika itu orang asli Amerika, kan nggak. Mereka itu orang dari Inggris sebagai penjahat dibuang ke sana. Di Australia gitu juga, ‘kan Aborigin. Selandia Baru. Mau kita dibegitukan? Kalau saya ndak biar orang tua," ujarnya.

Megawati lantas menceritakan pernah menyampaikan kekhawatirannya itu kepada Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto. Di saat itulah dia mengkhawatirkan kondisi RI.

"Coba dong, jangan merasa, saya bilang sama Sekjen saya, nih, kok bangsaku udah terlalu nikmat dengan zona nyaman, lho, aku udah khawatir, lho. Nanti kalau saya udah ndak ada terus piye yo, gimana yo," kata Megawati.