JAKARTA – Pilgub Jateng 2024 dianggap sebagai Pilpres 2024 jilid kedua bila melihat “rivalitas” antara Joko Widodo dan Megawati Soekarnoputri beserta PDI Perjuangan. Apalagi, keduanya disebut-sebut siap turun gunung untuk memenangkan paslon masing-masing.
Pengamat politik UIN Walisongo Semarang, Kholidul Adib mengakui bahwa kontestasi Pilgub Jateng akan semakin sengit bila Megawati dan Jokowi turun gelanggang. Khusus Megawati, kehadiran langsung putri Soekarno itu secara fisik di Jateng diyakini bisa mempengaruhi preferensi politik warga setempat.
“Sebenarnya yang terjadi di Pilgub Jateng adalah pengeroyokan elite KIM Plus terhadap Megawati dan PDIP. Jadi, kalaupun nanti paslon yang diusung Jokowi unggul, itu bukan semata faktor keunggulan Jokowi seorang. Tetapi, karena dia bersama elite KIM Plus mengeroyok Megawati dan PDIP,” ujarnya, Minggu 3 November 2024.
BACA JUGA:
Menurut dia, Megawati dan PDIP harus benar-benar all out untuk menghadapi gempuran KIM Plus dan Jokowi. Pasalnya, Pilgub Jateng akan menjadi pembuktian dan pertaruhan harga diri Megawati dan PDIP, mengingat status kandang banteng akan terlepas bila pasangan Andika Perkasa-Hendrar Prihadi kalah dari Ahmad Luthfi-Taj Yasin.
“Sebaliknya, bila Megawati dan PDIP masih bisa bertahan dan memenangkan pasangan Andika-Hendi, maka itu juga bisa dibilang Megawati dan PDIP memang benar-benar penguasa Jawa Tengah,” tambah Kholidul.
Berdasarkan hasil beberapa lembaga survei, pasangan Andika-Hendi dan Luthfi-Yasin masih bersaing ketat. Hasil survei SMRC mengungkapkan bahwa Andika-Hendi meraih elektabilitas 48,1 persen, sedangkan Luthfi-Taj Yasin 47,5 persen, sementara 4,4 persen belum menentukan pilihan atau tidak mengemukakan pilihannya.
Sementara hasil survei Poltracking Indonesia menunjukkan elektabilitas pasangan Luthfi-Yasin mengungguli pasangan Andika-Hendi. Luthfi-Yasin memperoleh elektabilitas 52,2 persen dibandingkan Andika-Hendi sebesar 31,4 persen.