Bagikan:

JAKARTA - Balai Kota DKI sore ini mendadak ramai. Dua kelompok masyarakat menggelar aksi unjuk rasa. Satu kelompok punya tuntutan agar Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mundur dari jabatannya. Sementara, satu kelompok lainnya membela Anies. 

Kelompok pro Anies sudah lebih dulu berkumpul di Balai Kota DKI, baik di sekitar halaman maupun di depan Jalan Medan Merdeka Selatan sejak pukul 13.00 WIB, tempat yang disediakan untuk mereka beraksi.

Kapolres Metro Jakarta Pusat Kombes Heru Novianto menyebut, kelompok ini digaungi ormas Bang Japar. Mereka dijadwalkan hanya menggelar acara Maulid Nabi di Masjid Fatahillah Balai Kota. 

"Massa (pro) itu diundang ke Balai Kota untuk melaksanakan maulid nabi. Saat ini kegiatan maulid tetap berjalan," kata Heru saat ditemui di lokasi, Selasa, 14 Januari. 

"Mereka (massa pro) harusnya enggak ada aksi," tambah dia.

Namun, massa pro tersebut membentangkan sejumlah spanduk dengan narasi pembelaan kepada Anies di sekitar Jalan Medan Merdeka Selatan. Mereka juga membawa mobil komando dan diparkir di depan Balai Kota. 

Sekitar pukul 14.15 WIB, rombongan massa kontra Anies muncul dari arah Tugu Tani, berpakaian serba hitam dan mengenakan ornamen khas demo lengkap dengan satu mobil komando. 

Kelompok kontra Anies berorasi di Patung Kuda (Diah Ayu Wardani/VOI)

Rencananya, mereka ingin menyuarakan tuntutan di depan Balai Kota, namun diarahkan ke patung kuda oleh pihak kepolisian karena massa pro Anies telah berada lebih dahulu di sekitar Balai Kota. 

"Kami sudah melakukan langkah dan menjamin massa yang kontra agar tidak bentrok dengan massa pro dan tidak melakukan tindakan yang anarkis," kata Heru. 

Ketika massa kontra lewat persis di depan Balai Kota, suasana tambah gaduh. Polisi membentuk barisan mengadang kedua massa dari tengah. 

Lemparan botol saat aksi berlangsung (Diah Ayu Wardani/VOI)

Adu yel-yel saling dilempar kedua belah pihak. Tersulutlah emosi, massa pro melempar sejumlah botol air mineral. Satu traffic cone pembatas jalur sepeda juga sempat dilempar ke massa kontra yang lewat di jalan Medan Merdeka Selatan. 

"Sudah, sudah, jangan melempar-lempar. Mereka punya hak masing masing untuk berpendapat. Kepada Ormas (massa pro) silakan masuk ke dalam dan laksanakan maulid sampai pukul enam sore," seru Heru dari atas mobil pengurai massa. 

Kapolres Jakpus Kombes Heru Novianto meminta semua tenang (Diah Ayu Wardani/VOI)

Menuntut tapi tak mau bertemu Anies

Kelompok kontra Anies yang dipentoli oleh aktivis Permadi Arya (Abu Janda) dan politikus PDIP Dewi Tanjung memulai orasi di depan Patung Kuda, tepatnya di Silang Monas Barat Daya, sekitar pukul 14.45 WIB. 

Kegiatan dimulai dengan menyanyikan yel-yel yang menyudutkan Anies. Para orator bergantian menyuarakan aspirasinya. Saat ditanya wartawan, Dewi Tanjung bilang tuntutan mereka hanya satu, yakni berharap agar Anies mengundurkan diri dari jabatan orang nomor satu DKI. 

Umumnya, massa aksi ingin bertemu dan berdialog langsung dengan yang mereka tuntut. Tapi ini tidak terjadi pada demo kali ini. Kelompok kontra Anies ini malah tak ingin bertemu sang Gubernur.

"Anies enggak perlu nemuin kita. Yang penting dia mau turun dari jabatannya," ucap Dewi. 

Kelompok yang mengatasnamakan sebagai aliansi Suara Rakyat Bersatu Jakarta Bergerak ini menganggap Anies tidak bisa melaksanakan tugas sebagai Gubernur DKI. Sehingga harus mundur dari jabatannya. 

"Jadi, ini semua elemen masyarakat tidak ada organisasi apapun. Ini semua gabungan termasuk warga DKI yang kemarin kebanjiran," tutur Dewi. 

"Kami menganggap kinerja nya tidak bagus, terlalu banyak menyalahkan orang lain, menyalahkan anak buah, tapi tidak berani mengambil tanggung jawab dan terkesan cuci tangan," tambah dia. 

Berdemo tanpa proses negosiasi membuat peluang tuntutan mereka didengar oleh Anies sangat kecil. Namun, Dewi tetap percaya diri, pihaknya masih bisa membuat Anies lengser dari jabatannya. 

Dewi Tanjung ikut aksi demonstrasi turunkan Anies (Diah Ayu Wardani/VOI)

"Tidak ada usaha yang berat. Presiden Soeharto saja bisa dilengserkan, kenapa seorang Gubernur tidak? Rakyat, kalau sudah bergerak, apapun bisa terjadi," seru Dewi. 

Meski begitu, tidak menutup kemungkinan Dewi dan rekan-rekan akan meneruskan tuntutan mereka lewat jalur konstitusi, baik kepada DPRD, Kementerian Dalam Negeri, hingga Presiden Joko Widodo. 

Adu emosi

Di sela orasi, salah satu kelompok pro Anies melewati kawasan Patung Kuda dengan membawa bendera hendak menuju Balai Kota. Kelompok kontra yang melihat mereka sempat tersulut emosi dan saling melempar cacian. Tak lama kemudian, aparat kepolisian datang memisahkan. 

Beberapa waktu berselang, terdengar suara orasi kelompok pro Anies lewat pelantang suara. Ternyata, rombongan pro ini hendak menemui kelompok kontra di Patung Kuda. 

Kelompok pro Anies hendak bergerak ke Patung Kuda (Diah Ayu Wardani/VOI)

Entah kabar dari mana, kelompok pro menganggap ada salah satu rekannya yang dipersekusi dan ditahan oleh kelompok kontra. 

Mereka diadang kepolisian yang berjaga. Heru menjelaskan informasi tersebut tidak benar. 

"Kawan-kawan, silakan kembali ke Balai Kota. Ternyata ada miskomunikasi. Pihak kepolisian menyatakan tidak ada rekan kita yang ditangkap," seru sang orator. 

Sementara, kelompok kontra tetap melanjutkan orasi. Sebelum menyelesaikan aksi demo, mereka melakukan  aksi teatrikal dengan melempar tomat kepada sesosok pria dengan memakai topeng berwajah Anies Baswsdan.  Aksi demo mereka selesai sekitar pukul 16.40 WIB.