Bagikan:

JAKARTA - Salvador Ramos sebelum menyerang sekolah dasar di Texas, Amerika Serikat, ternyata lebih dulu menembak neneknya di rumah. Lalu dia kabur dan malah melakukan pembantaian di sekolah itu.

Ramos yang berusia 18 tahun, membunuh 19 anak-anak dan dua guru pada Hari Selasa 24 Mei. Senjata mematikan itu dibeli ketika dia berulang tahun.

Ramos adalah mahasiswa di Uvalde, sebuah komunitas kecil di dekat perbatasan Meksiko tempat tragedi itu terjadi.

Semua tragedi ini berawal ketika Ramos pertama kali coba membunuh neneknya dengan menembak di rumahnya.

"Insiden pertama adalah di kediaman nenek mereka di mana dia menembak nenek itu," kata Erick Estrada dari Departemen Keamanan Publik Texas, dikutip dari Channel News Asia, Rabu 25 Mei.

Beruntung nenek berusia 66 tahun selamat dan langsung dirawat di rumah sakit di San Antonio. Namun kondisinya kini masih kritis setelah penembakan itu.

Setelah menembaki neneknya, Ramos melarikan diri dari tempat kejadian dengan mobil yang mengenakan rompi antipeluru dan bersenjatakan senapan.

Dia kemudian jatuh di dekat selokan di luar Sekolah Dasar, keluar dan menuju sekolah.

Sekitar pukul 11.30 waktu setempat, Ramos masuk ke sekolah dan melepaskan tembakan.

"Dan kemudian dari sana, saat itulah dia melanjutkan dan memasuki beberapa ruang kelas dan mulai menembakkan senjata apinya," kata Estrada.

Dikutip dari NBC News, polisi yang berjaga di sana gagal menghentikan Ramos. Pria itu baru berhasil dilumpuhkan setelah tim taktis kepolisian datang, lalu menembak dan akhirnya Ramos pun tewas.

Salah seorang agen Patroli Perbatasan juga sempatvterluka dalam baku tembak dengan Ramos.

“Mempertaruhkan hidup mereka sendiri, Agen Patroli Perbatasan ini dan petugas lainnya menempatkan diri mereka di antara penembak dan anak-anak di tempat kejadian untuk menarik perhatian penembak dari calon korban dan menyelamatkan nyawa,” juru bicara DHS Marsha Espinosa di Twitter.

“Setidaknya satu Agen Patroli Perbatasan terluka oleh penembak selama baku tembak,” kata Espinosa.