JAKARTA - Pejabat senior Taliban kembali menegaskan pihaknya akan segera mengizinkan anak perempuan kembali ke sekolah menengah, sambil menyindir 'perempuan nakal' yang memprotes pembatasan rezim terhadap hak-hak wanita harus tetap tinggal di rumah.
Penjabat Menteri Dalam Negeri Afghanistan sekaligus Wakil Pemimpin Taliban sejak tahun 2016 Sirajuddin Haqqani, menyampaikan hal tersebut dalam wawancara dengan Christiane Amanpour dari CNN di Kabul.
Sempat menjanjikan anak perempuan dapat kembali bersekolah di sekolah menengah, Taliban membatalkan keputusan mereka pada Bulan Maret lalu, menunda hingga batas waktu yang belum ditentukan.
Ketika ditanya tentang wanita Afghanistan yang mengatakan mereka takut meninggalkan rumah mereka di bawah kekuasaan Taliban, dan mereka yang telah melaporkan efek mengerikan dari kepemimpinan kelompok militan, Haqqani mengatakann sambil tertawa:
"Kami menahan wanita nakal di rumah," ujarnya melansir CNN 19 Mei.
"Dengan mengatakan wanita nakal, itu adalah lelucon yang mengacu pada wanita nakal yang dikendalikan oleh beberapa pihak lain untuk mempertanyakan pemerintahan saat ini," sambungnya.
Haqqani juga menetapkan beberapa parameter untuk masa depan perempuan dan pekerjaan, yang akan dibatasi oleh interpretasi Taliban terhadap hukum Islam, serta prinsip nasional, budaya dan tradisional.
"Mereka diizinkan bekerja dalam kerangka kerja mereka sendiri," ucapnya kepada Amanpour.
Komentarnya tentang pendidikan anak perempuan dan hak-hak perempuan menekankan serangkaian klaim, tidak ada yang menentang pendidikan (perempuan) di pemerintah Afghanistan.
"Anak perempuan sudah boleh sekolah sampai kelas 6, dan di atas kelas itu, pekerjaan tetap berjalan dengan mekanisme," kata Haqqani.
"Segera, Anda akan mendengar kabar baik tentang masalah ini, Insya Allah," tambahnya, tanpa merinci jangka waktu.
Sebelumnya, Taliban telah berulang kali membuat jaminan kepada masyarakat internasional, mereka akan melindungi hak-hak perempuan dan anak perempuan sejak merebut Afghanistan Agustus. Di saat yang sama, mereka juga melucuti banyak kebebasan dan perlindungan mereka. Banyak gadis dan wanita usia sekolah telah kehilangan harapan.
"Seluruh pemerintah mereka menentang pendidikan anak perempuan. Saya tidak percaya bahwa Taliban memenuhi janji, mereka tidak mengerti perasaan kami," kata Maryam (19) kepada CNN. "
"Selangkah demi selangkah mereka mengambil semua kebebasan kita. Taliban sekarang dan Taliban tahun 90-an adalah sama – saya tidak melihat ada perubahan pada kebijakan dan aturan mereka," sebut Fatima (17)
"Satu-satunya harapan kami adalah komunitas internasional memberikan tekanan ekstrim pada Taliban untuk mengizinkan anak perempuan pergi ke sekolah. Tidak ada lagi yang berhasil."
Maryam dan Fatima, seperti wanita lain yang berbicara dengan CNN, tidak memberikan nama belakang mereka karena kekhawatiran tentang keamanan mereka.
BACA JUGA:
Ketika ditanya oleh Amanpour tentang apakah semua wanita harus menutupi wajah mereka, Haqqani menjawab diplomatis.
"Kami tidak memaksa wanita untuk memakai jilbab, tetapi kami menasihati mereka dan mendakwahkan mereka dari waktu ke waktu. Jilbab tidak wajib tetapi merupakan perintah Islam yang harus dilaksanakan setiap orang," tukasnya.
Untuk diketahui, ini merupakan wawancara kamera pertamanya dengan media Barat dalam beberapa tahun terakhir, beberapa bulan setelah penampilan perdananya di muka umum.
Dilabeli teroris global dan mendapat perhatian khusus Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, ia diburu oleh FBI dan dihargai sekitar 10 juta dolar AS.