Bagikan:

JAKARTA - Direktur Utama RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta Lies Dina Liastuti memastikan tidak ada keluarga yang tertular hepatitis misterius dari pasien probable yang meninggal.

"Sejak 1 Mei 2022 hingga saat ini, ada tiga kasus yang ditangani RSCM. Satu probable, satu pending, satu discarded, karena sudah diketahui penyebabnya adalah dengue. Ketiganya meninggal," katanya dikutip Antara, Selasa, 17 Mei.

Klasifikasi probable ditandai dengan laporan nonreaktif pada pemeriksaan hepatitis A, B, C, D dan E maupun virus lainnya, seperti dengue maupun adenovirus 41, sehingga gejala berat pada hepatitis yang diderita belum diketahui sebabnya.

Discarted adalah klasifikasi bahwa virus yang menyebabkan kesakitan pasien bukan bukan berasal dari jenis hepatitis. Sedangkan klasifikasi pending adalah kasus yang masih menunggu hasil pemeriksaan hepatitis A, B, C, D dan E serta patogen lain.

Lies mengatakan seluruh kasus kematian diduga hepatitis akut bergejala berat pada anak di bawah umur 16 tahun yang belum diketahui penyebabnya itu telah dilakukan penyelidikan epidemiologi.

Pasien tersebut berasal dari rujukan rumah sakit di Jakarta Timur dan Jakarta Barat. "Kita langsung lapor dan lakukan penyelidikan epidemiologi dengan mengecek saudaranya dari pasien yang meninggal. Ternyata, tidak ada hubungannya dan tidak ada yang kena (gejala serupa)," katanya.

Penelusuran kontak kasus dilakukan sejumlah tim dari RSCM, Dinas Kesehatan DKI Jakarta maupun Kementerian Kesehatan, termasuk penelusuran kontak kasus pada seorang pasien probable hepatitis misterius yang meninggal di RSCM pada 19 April 2022.

"Sehari sebelum Lebaran 2022, Kemenkes langsung turunkan staf ke RSCM dan mengisi formulir penelusuran dari keluarga pasien," katanya.

Lies mengatakan sejak 11 Mei 2022 hingga saat ini belum muncul kasus baru pasien diduga hepatitis misterius yang dirawat di RSCM Jakarta.

Namun, pada periode yang sama secara nasional, kata Lies, Kemenkes RI melaporkan ada 18 laporan kasus diduga hepatitis misterius. 12 kasus berasal dari DKI Jakarta, satu kasus di Jawa Timur, satu kasus di Jawa Barat, satu kasus di Bangka Belitung, satu kasus di Kalimantan Timur, satu kasus di Sumatera Utara, dan satu kasus di Sumatera Barat.

"Dari 18 kasus ini, tujuh di antaranya discarted, jadi sisa 11 pasien. Setiap hari ada updating kasus, karena Kemenkes lihat satu per satu kasus yang masuk sesuai permintaan Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO)," katanya.