JAKARTA - Sebuah jet tempur jenis Sukhoi Su-25 berhasil kembali ke pangkalan udaranya dengan selamat saat serangan mendadak di Ukraina, setelah dua rudal dari sistem rudal anti-pesawat portabel manusia Stinger mengenai mesinnya, seorang navigator dari skuadron udara Rusia mengatakan pada Hari Senin.
"Ada dua rudal Stinger mengenai mesin, setelah itu pesawat kembali dengan selamat dan mendarat di lapangan terbang lepas landas," kata navigator skuadron dalam siaran langsung di TV Channel One, seperti melansir TASS 17 Mei.
Pesawat serang darat Sukhoi Su-25 "cukup bertahan dalam kondisi pertempuran" dan juga berkinerja sangat baik di ketinggian rendah dan sangat rendah, sambung navigator tersebut.
Diketahui, FIM-92 Stinger adalah sistem rudal permukaan-ke-udara yang dikembangkan oleh General Dynamics yang berbasis di AS pada akhir 1960-an hingga akhir 1970-an dan diproduksi oleh Raytheon Missile Systems. Stinger tidak lagi diproduksi hari ini.
Senjata pertahanan udara ini mampu menyerang pesawat, helikopter, dan kendaraan udara tak berawak, mengunci target dengan mendeteksi radiasi inframerah atau ultravioletnya. Stinger memiliki jangkauan operasi maksimum sekitar 5 km.
SEE ALSO:
Bersama dengan Javelin, Stinger menjadi senjata yang banyak dipasok oleh negara-negara Barat untuk Ukraina, seiring dengan invasi yang dilakukan Rusia sejak 24 Februari lalu.
Sementara, pesawat serang darat Sukhoi Su-25 dirancang untuk memberikan dukungan dekat kepada pasukan darat siang dan malam, serta untuk menghancurkan target dengan koordinat yang ditentukan sepanjang waktu dalam kondisi cuaca apa pun.
Hingga saat ini, Angkatan Bersenjata Rusia mengoperasikan modifikasi Su-25SM dan Su-25SM3 dan versi latih tempur Su-25UB.