JAKARTA - Kepala Bidang Peran Serta Masyarakat Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta Agung Pujo Winarko menyebutkan sebanyak 7.500 hingga 8.000 ton sampah dari DKI Jakarta terus memenuhi Bantar Gebang, Bekasi per hari.
“Kalau kita bicara tentang sampah, itu harus menjadi isu prioritas di Jakarta. Sampah yang masuk ke Bantar Gebang, satu-satunya Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang kita punya sudah mencapai 7.500 sampai 8.000 ton per hari,” kata Agung dilansir Antara, Sabtu, 14 Mei.
Bila diibaratkan dengan tinggi Stadion Gelora Bung Karno di Jakarta, Agung menuturkan 7.500 hingga 8.000 ton sampah itu mampu tertumpuk setinggi 2,9 meter setiap harinya. Akibatnya, kini Bantar Gebang hampir mengalami kelebihan muatan di dalamnya.
Kemudian dari banyaknya sampah yang masuk tersebut, 1.200 di antaranya merupakan sampah plastik yang sulit diurai. Padahal bila diolah, plastik dapat memiliki nilai jual sehingga warga sekitar dapat mengolahnya menjadi suatu hal yang ekonomis.
“Ini yang jadi catatan kita, kalau plastik tadi ada nilai jualnya. Itulah harapannya, masyarakat bisa melakukan pemilahan. Jadi jangan sampai ada sampah lebih banyak masuk Bantar Gebang, kalau bisa diolah seperti di bank sampah kenapa tidak?" ujar Agung.
Agung mengaatakan, isu terkait sampah harus menjadi prioritas semua masyarakat, khususnya terkait mikroplastik yang semakin hari membahayakan kondisi laut Indonesia. Prioritas tersebut juga harus dipahami hingga lapisan masyarakat terbawah yakni rukun RT/RW dan keluarga.
BACA JUGA:
Menurutnya, pemerintah terus mendorong agar setiap pihak menyadari pentingnya membuang dan mengolah sampah pada tempatnya. Hal tersebut dapat dilihat dari dikeluarkannya Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 77 tentang pengelolaan sampah lingkup rukun warga.
“Nantinya, ada bidang pengelolaan sampah di tingkat struktur RW tersebut, dia akan melakukan pengolahan sampah di lingkup warga, dia akan menyusun rencana kerja pengolahan sampah dan membentuk organisasi di dalamnya misalnya membentuk bank sampah,” kata dia.
Pemerintah juga akan terus berusaha menyediakan sarana dan prasarana yang bisa mendukung kegiatan masyarakat, guna mengolah sampah pada tingkat RW seperti melalui komposter ataupun metode bio konversi maggot.
Namun Agung mengaku pemerintah tidak dapat berjuang sendiri mengatasi banyaknya jumlah sampah di Jakarta. Ia berharap semua pihak mau berkontribusi dan berkolaborasi menangani masalah tersebut secara bersama-sama.
“Harapannya kita sama-sama berkolaborasi dari hal-hal sederhana seperti memilah sampah di rumah dan menyadari kalau di situ ada nilai ekonominya, itu bisa dijual. Harapannya sampah bisa jadi berkah bukan jadi masalah,” kata Agung.