Bagikan:

JAKARTA - Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan Kependudukan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK), Agus Suprapto, menyatakan pemerintah telah melakukan langkah-langkah antisipasi terkait kekhawatiran merebaknya hepatitis akut pada anak. 

Agus mengatakan, Kemenko PMK dan Kemenkes telah mengadakan rapat untuk membahas persoalan tersebut. "Sebelum lebaran kita sudah rapat dengan Kemenkes untuk mengantisipasi peningkatan kasus hepatitis," ujar Agus kepada wartawan, Jumat, 13 Mei. 

Rapat itu, lanjut Agus, membahas beberapa persoalan pokok. Di antaranya prosedur penanganan yang bisa diantisipasi, menetapkan laboratorium yang akan ditingkatkan kemampuannya untuk memeriksa hepatitis, menetapkan rumah sakit yang bisa dijadikan tumpuan utama dalam penanganan hepatitis, dan komunikasi risiko.

Agus mengungkapkan, Kemenko PMK juga mendorong masyarakat untuk mengakses informasi terkait hepatitis dari sumber yang kredibel dan terpercaya. Masyarakat diminta untuk mengakses informasi akurat yang telah disediakan pemerintah atau lembaga atau organisasi yang mempunyai otoritas.

"Sebenarnya saluran resmi masyarakat tentang hal itu ada. Di IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) pun sudah menyediakan nomor khusus untuk bertanya. Kemudian di Kemenkes ada juga pakai 119. Di Rumah Sakit Soeroso (RSIA RP Soeroso) juga sudah bisa," kata Agus.

Sementara terkait dengan PTM, Agus mengakui ada dua kekhawatiran. Pertama, berkenaan dengan COVID-19 yang masih berada dalam pantauan usai mudik Lebaran 2022. Kedua, adalah kecemasan terkait kasus suspek (probable) hepatitis di masyarakat. 

"Walaupun sampai hari ini belum ada yang pernah ada yang definitif. Karena kita masih mengikuti perkembangan keilmuan dan pemberitaan lebih lanjut," jelasnya.

Meski demikian, Agus tetap menekankan agar semua pihak patuh dalam pelaksanaan protokol kesehatan.

Sementara itu, Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Dr. Piprim Basarah Yanuarso, berharap agar para orang tua terus menerapkan 'Perilaku Hidup Bersih Sehat'. Dia mengimbau, orang tua juga jangan panik jika anak mulai sakit dan langsung membawa anak ke dokter.

"Selama pandemi ini kita sudah belajar mengatasi penularan melalui saluran pernafasan, lewat masker, jaga jarak, dan cuci tangan. Dilanjutkan bagaimana mencegah penularan dari saluran cerna, konsumsi makanan yang matang, menghindari dari pencemaran,” kata Piprim dalam keterangannya, Jumat, 13 Mei. 

Hingga saat ini, kata Piprim, IDAI dan Kementerian Kesehatan terus berkoordinasi dan masih menunggu hasil lab dari kasus hepatitis misterius ini. 

“Sampai tahap ini kami bersama kemenkes masih terus menunggu hasil investigasinya, namun yang penting adalah kita melakukan kewaspadaan dini agar supaya kasus-kasus ini bisa terjaring sedini mungkin, jangan sampai sudah terlambat,“ katanya.

Selain itu, Piprim meminta para dokter anak yang bernaung dalam IDAI di seluruh Indonesia untuk meningkatkan kewaspadaan dini. Apabila muncul kasus dengan pasien-pasien yang memenuhi kriteria.

“Misalnya gejala gejala pencernaan, disertai dengan kuning, dengan BAB pucat, dan lainnya. Kemudian kalau perlu dilakukan uji fungsi hati, SGPT dan SGOT," sebut Pimprim. 

Sebelumnya, Ketua DPR Puan Maharani mengingatkan pemerintah agar terus memberi penjelasan yang akurat kepada masyarakat terkait kasus dan penanganan penyakit hepatitis akut misterius. 

Puan juga meminta pemerintah terus memantau pelaksanaan pembelajaran tatap muka (PTM) agar menjaga peserta didik dari penyebaran hepatitis.

Dia juga mengimbau masyarakat khususnya para orang tua yang memiliki anak untuk mengantisipasi penyebaran hepatitis akut yang dilaporkan cukup membahayakan bagi anak. Puan juga mengingatkan agar Pemerintah bekerja cepat dalam memonitor dan mengatasi penyakit ini.

“Peran orang tua sangat penting dalam menghadapi hepatitis akut yang masih belum diketahui penyebabnya ini. Salah satu upaya yang harus dilakukan adalah dengan menjaga pola keseharian anak,” kata Puan, Rabu, 11 Mei.