Bagikan:

JAKARTA - Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) belum memberikan rekomendasi kepada pemerintah untuk menunda pembelajaran tatap muka (PTM), seiring dengan adanya kasus hepatitis akut yang tidak diketahui penyebabnya.

"Sampai saat ini, belum ada keputusan IDAI untuk menyarankan PTM itu (ditunda)," ujar Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Gastro-Hepatologi IDAI Dr Muzal Kadim, SpA(K), dalam diskusi virtual, Sabtu, 7 Mei.

"Tidak tahu dalam perkembangan lebih lanjut. Kami masih menginvestigasi apakah benar-benar sudah masuk ke Indonesia. Jadi kami belum memutuskan itu," lanjutnya.

Lebih lanjut, Muzal mengatakan tak menutup kemungkinan kebijakan PTM berubah. Kemungkinan itu seiring dengan perkembangan hasil investigasi terkait faktor risiko dari penyebab hepatitis akut yang dilakukan Kementerian Kesehatan.

"Bisa saja kebijakan berubah setiap waktu, setiap saat. Bisa saja (ditunda), tapi itu melihat situasi ke depan, sesuai perkembangan nanti ya," ucapnya.

Di samping itu, Muzal mengatakan, saat ini IDAI sudah melakukan antisipasi penyebaran hepatitis akut tersebut. Salah satunya dengan menyiapkan protokol-protokol kesehatan.

"Kami dari IDAI sudah menyiapkan protokol-protokol untuk dokter anak khususnya, dokter anak di rumah sakit di seluruh Indonesia. Bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan dan juga untuk rumah sakit-rumah sakit sudah disiapkan," ucapnya.

Selain itu, kata Muzal, dari Kementerian Kesehatan juga akan menyiapkan sarana, termasuk pemeriksaan laboratorium. "Apabila terjadi, sejak awal kami sudah siapkan," tuturnya.

Sekadar informasi, fenomena hepatitis akut yang tidak diketahui penyebabnya menjadi sorotan dunia setelah Badan PBB untuk Kesehatan Dunia (WHO) menetapkannya sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) pada 15 April 2022. WHO menerima laporan 169 kasus di 12 negara, termasuk Indonesia.

Di Indonesia, dalam dua pekan terakhir atau hingga 30 April 2022, dilaporkan tiga pasien anak meninggal saat dirawat di RSUP Cipto Mangunkusumo, Jakarta, dengan dugaan hepatitis akut.