Soal Serangan Nuklir di Ukraina, Wamenlu Rusia: Kami Memiliki Doktrin Militer, Semua Tertulis di Sana
Ilustrasi rudal balistik Topol milik Rusia. (Wikimedia Commons/Участник Digr)

Bagikan:

JAKARTA - Wakil Menteri Luar Negeri Rusia mengatakan keputusan tentang kemungkinan penggunaan senjata nuklir, jelas diatur dalam doktrin militer mereka, menjawab pertanyaan apakah Moskow bakal mengenyampingkan hal tersebut di Ukraina.

"Kami memiliki doktrin militer, semuanya tertulis di sana," ujar Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Alexander Grushko, melansir Reuters dari kantor berita negara RIA 10 Mei.

Prinsip-prinsip penyebaran militer resmi Rusia memungkinkan penggunaan senjata nuklir jika mereka, atau jenis senjata pemusnah massal lainnya, digunakan untuk melawannya, atau jika negara Rusia menghadapi ancaman eksistensial dari senjata konvensional.

Namun, keputusan untuk menggunakan persenjataan nuklir Rusia yang besar, yang terbesar di dunia, berada di tangan sang presiden yang memimpin, saat ini Vladimir Putin.

Invasi Rusia telah menewaskan ribuan orang, membuat hampir 10 juta orang mengungsi, dan menimbulkan kekhawatiran akan konfrontasi yang lebih luas antara Rusia dan Amerika Serikat, sejauh ini merupakan kekuatan nuklir terbesar di dunia.

Diberitakan sebelumnya, penggunaan senjata nuklir Rusia di Ukraina dikesampingkan karena ini tidak sesuai dengan tujuan operasi militer khusus, kata Wakil Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Alexey Zaitsev.

"Skenario penggunaan senjata nuklir potensial kami dengan jelas ditentukan dalam dokumen doktrinal Rusia. Mereka tidak berlaku untuk pelaksanaan tugas yang ditetapkan dalam operasi militer khusus di Ukraina," jelasnya melansir TASS.

Lebih lanjut diplomat Rusia tersebut menekankan, pihaknya siap mengantisipasi berbagai provokasi yang dilakukan oleh Barat dan Ukraina.

"Kita harus siap dengan segala perkembangan di ruang media dan langsung di lapangan," tegasnya.

"Rusia dengan tegas mematuhi prinsip, tidak akan ada pemenang dalam perang nuklir dan itu tidak boleh dilepaskan," tandas Zaitsev.

Terpisah, Direktur Badan Intelijen Pusat AS (CIA) William Burns mengatakan pada Hari Sabtu lalu, Presiden Putin yakin dia tidak boleh kalah di Ukraina, memperingatkan Barat tidak dapat mengabaikan risiko penggunaan senjata nuklir taktis oleh Moskow.

"Kami tidak melihat, sebagai komunitas intelijen, bukti praktis pada titik ini dari perencanaan Rusia untuk penyebaran atau bahkan penggunaan senjata nuklir taktis," terang Burns.

Dia memperingatkan, bagaimanapun, "taruhannya sangat tinggi untuk Rusia Putin." Untuk diketahui, sebuah dekrit yang ditandatangani oleh Presiden Putin pada 2 Juni 2020, mengatakan Rusia memandang senjata nuklirnya sebagai "alat pencegahan secara eksklusif".