SURABAYA - Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa meminta masyarakat segera melapor jika menemui hewan ternaknya memiliki indikasi terjangkit penyakit mulut dan kuku (PMK).
“Laporkan ke dinas peternakan setempat agar segera diambil langkah dan ditindaklanjuti,” ujar Gubernur Khofifah di Surabaya, Senin 9 Mei.
Gubernur mengaku mendapat laporan dan informasi bahwa ada beberapa daerah lain yang ternaknya mengalami gejala serupa.
Tim dinas peternakan provinsi, kata Khofifah, juga sudah turun dan telah mengambil spesimen untuk dicek di laboratorium Pusat Veteriner Farma (PUSVETMA).
PMK merupakan penyakit hewan akut yang menyerang ternak, seperti sapi, kerbau, kambing, domba, kuda, dan babi dengan tingkat penularan 90 persen sampai 100 persen.
Berdasarkan data Pemprov melalui Ditjen PKH Kementan, tanda klinis penyakit PMK pada hewan ternak meliputi demam tinggi (39-41 derajat Celcius), keluar lendir berlebihan dari mulut dan berbusa, luka-luka seperti sariawan pada rongga mulut dan lidah, tidak mau makan, dan kaki pincang.
Selain itu, luka pada kaki dan diakhiri lepasnya kuku, sulit berdiri, gemetar, nafas cepat, produksi susu turun drastis hingga menjadi kurus.
Di Jatim telah ditemukan di empat kabupaten, yakni Sidoarjo, Mojokerto, Lamongan, serta Gresik yang menyerang 1.247 ekor sapi.
Bagi sapi yang positif PMK, mantan menteri sosial tersebut berharap segera dilakukan isolasi atau karantina agar penularan tidak semakin meluas.
“Pengendalian kasusnya seperti pada COVID-19, yakni lama karantina atau isolasi adalah 14 hari,” tuturnya dikutip Antara.
Sementara itu, proses penularannya melalui lendir serta angin, sehingga memungkinkan cepat terjadi penularan sesuai radius arah angin.
”Kalau satu ekor terkena PMK, sekandang berpotensi tertular. Isolasi berbasis kandang dan karantina berbasis kandang pula. Seluruh ternak yang terkonfirmasi PMK jangan ada pergerakan ke luar, lalu yang dari luar jangan sampai masuk," kata Khofifah.