Bicara dengan Presiden Macron, Putin: Barat Harus Menghentikan Pasokan Senjata ke Ukraina.
Presiden Macron bersama Presiden Putin. (Sumber: Kremlin.ru)

Bagikan:

JAKARTA - Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan kepada pemimpin Prancis Emmanuel Macron, Barat harus berhenti memasok senjata ke Ukraina, dan menuduh Kyiv tidak melakukan negosiasi dengan serius, kata Kremlin, Selasa.

Presiden Putin menuduh pasukan Ukraina melakukan kejahatan perang dan mengklaim Uni Eropa mengabaikan mereka.

"Barat dapat membantu menghentikan kekejaman ini dengan memberikan tekanan yang relevan pada otoritas Kyiv, serta menghentikan pasokan senjata ke Ukraina," katanya, melansir The National News 4 Mei.

Lebih jauh Presiden Putin juga mengatakan, Kyiv tidak konsisten atau siap untuk "kerja serius" dalam mengakhiri konflik.

"Pihak Rusia masih terbuka untuk berdialog," ungkapnyanya kepada Macron, menurut Kremlin.

Sementara itu Kantor Presiden Macron mengatakan, di luar seruan berulang kepada Rusia untuk mengakhiri serangan terhadap tetangganya dengan gencatan senjata dan pembicaraan damai, dia mendesak Presiden Putin untuk mengizinkan evakuasi dari pabrik baja Azovstal yang terkepung di kota pelabuhan Mariupol untuk dilanjutkan.

Dia juga menawarkan untuk "bekerja dengan organisasi internasional yang relevan, untuk membantu membuka blokade Rusia pada ekspor makanan Ukraina melalui Laut Hitam, mengingat konsekuensinya bagi keamanan pangan global".

Presiden Putin mengaitkan situasi pangan dengan sanksi barat terhadap Rusia, "mencatat pentingnya fungsi logistik global dan infrastruktur transportasi tanpa hambatan", kata Kremlin.

Diketahui, Presiden Macron adalah salah satu dari sedikit pemimpin barat yang berbicara dengan Presiden Putin sejak Moskow memindahkan pasukan ke Ukraina pada 24 Februari. Dia telah menghabiskan waktu berjam-jam untuk menelepon mencoba merundingkan resolusi konflik.

Perang telah menewaskan ribuan orang dan membuat lebih dari 13 juta orang mengungsi, menciptakan krisis pengungsi terburuk di Eropa sejak Perang Dunia Kedua.