Budi Gunadi Sadikin Sebut 65 Persen Pendapatan Pertamina akan Pindah ke PLN, Kenapa?
Ilustrasi. (Irfan Meidianto/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Budi Gunadi Sadikin mengingatkan, PT Pertamina (Persero) bahwa sebagian besar pendapatan mereka bisa lari ke PT PLN (Persero) akibat transisi sistem energi ke dua yaitu dari energi fosil ke listrik.

Budi mengatakan, transisi sistem energi kedua ini terjadi bukan karena penemuan teknologi tetapi adanya perubahan perilaku konsumen yang mulai sadar untuk memanfaatkan energi yang lebih ramah lingkungan. Maka muncul lah pemanfaatan energi listrik, seperti kendaraan berbasis listrik yang bisa menjadi potensi bisnis baru bagi PLN.

"Transisi sistem energi kedua sedang berjalan sekarang. Orang akan menjauhi energi yang berasal dari karbon yaitu BBM dan sudah mulai terlihat sekarang, bahwa lebih banyak orang-orang muda lebih senang menggunakan mobil listrik dibandingkan mobil bahan bakar," tuturnya, dalam diskusi virtual, Selasa, 6 Oktober.

Budi mengatakan, kondisi ini akan membuat Pertamina kehilangan pendapatan. Apalagi, porsi pendapatan Pertamina saat ini sekitar 60 persen sampai 65 persen berasal dari bisnis penjualan Bahan Bakar Minyak (BBM). Sementara, BBM merupakan bahan bakar yang berasal dari energi fosil.

"Apa yang terjadi? Yang terjadi sekitar 60 persen sampai 65 persen revenue Pertamina akan hilang dan pindah ke PLN karena berubah jadi mobil listrik. Ya memang tidak akan 100 persen langsung terjadi, mungkin perlu 10-20 tahun, tapi akan terjadi," jelasnya.

Menurut Budi, mau tidak mau Pertamina harus bisa semakin inovatif dalam mencari celah bisnis baru ke depan. Celah ini agar perusahaan tetap bisa mendapat keuntungan dari perubahan atau transisi sistem energi.

Saat ini, kata Budi, celah yang bisa dimanfaatkan oleh Pertamina adalah pasar energi baru terbarukan. Sebab, penggunaannya sejatinya masih berupa energi fosil, namun ditambahkan dengan sumber daya lain.

Sebagai contoh, biodiesel yang merupakan energi campuran dari solar atau diesel dengan minyak nabati (FAME). Dengan begitu, ada perkembangan inovasi yang bisa menjawab kebutuhan bisnis di masing-masing sektor.

"Belajar dari sejarah, ada bangsa yang karena menguasi teknologi dia tumbuh menjadi besar dan menguasi dunia. Ada bangsa yang tadinya sangat menguasi dunia mundur ke belakang. Ini akan sangat berdampak pada sosial, budaya, ekonomi dan juga geopolitik," tuturnya.