JAKARTA - Serangan Rusia di Ukraina berisiko menyebabkan kelaparan di negara-negara di seluruh dunia, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan kepada Parlemen Italia pada hari Selasa, mendesak bantuan yang lebih besar untuk mengalahkan penjajah.
Dalam pidato kepada anggota parlemen Barat melalui tautan video, Presiden Zelensky mengatakan rakyatnya bertahan untuk bertahan hidup, dengan militer Rusia menghancurkan kota-kota Ukraina dan membantai warga sipil.
"Bagi pasukan Rusia, Ukraina adalah gerbang Eropa, di mana mereka ingin menerobos. Tetapi, barbarisme tidak boleh dibiarkan," katanya, seraya menambahkan bahwa konsekuensi perang sudah dirasakan di banyak bagian dunia, seperti melansir Reuters 23 Maret.
"Hal yang paling mengerikan adalah kelaparan yang mendekat untuk beberapa negara. Ukraina selalu menjadi salah satu pengekspor makanan terbesar, tapi bagaimana kita bisa menabur (tanaman) di bawah serangan artileri Rusia?" kecamnya.
Negara-negara seperti Lebanon, Mesir, Yaman dan lain-lain telah bergantung pada gandum Ukraina dalam beberapa tahun terakhir, terpengaruh perang saat ini, menyebabkan harga gandum meroket hingga 50 persen bulan lalu.
Dalam pidato semalam, ia juga menarik perhatian pada kematian Boris Romanchenko (96), yang selamat dari tiga kamp konsentrasi Nazi selama Perang Dunia Kedua, tetapi terbunuh ketika blok apartemennya di Kharkiv yang terkepung ditembaki minggu lalu.
Terkait dengan tewasnya Romanchenko, "Putin berhasil 'mencapai' apa yang bahkan (Adofl) Hitler (pemimpin Nazi) tidak bisa," kata Kementerian Pertahanan Ukraina dalam unggahan di akun Twitternya.
96-year-old Borys Romanchenko, who survived in Nazi concentration camp Buchenwald, died from shelling in Kharkiv.
Putin managed to "accomplish" what even Hitler couldn't.#RussianWarCrimesinUA#stoprussia pic.twitter.com/67mfcot3Ah
— Defence of Ukraine (@DefenceU) March 21, 2022
Presiden Rusia Vladimir Putin menyebut perang itu, serangan terbesar di negara Eropa sejak Perang Dunia Kedua, sebagai operasi militer khusus untuk melucuti senjata Ukraina dan melindunginya dari Nazi. Barat menyebut itu sebagai dalih palsu untuk perang agresi yang tidak beralasan.
Merespon pidato Presiden Zelensky, Perdana Menteri Italia Mario Draghi mengatakan Ukraina telah memberikan perlawanan heroik terhadap invasi Rusia, menjanjikan dukungan berkelanjutan bagi para pengungsi yang melarikan diri dari pertempuran, serta bantuan militer.
"Arogansi pemerintah Rusia telah bertabrakan dengan martabat rakyat Ukraina, yang telah berhasil mengekang tujuan ekspansionis Moskow dan membebankan biaya besar pada tentara penyerang," tutur PM Draghi kepada parlemen.
Menandakan keinginannya untuk memperkuat hubungan dengan Barat, Ukraina telah lama mengatakan ingin bergabung dengan Uni Eropa.
PM Draghi mengatakan kepada anggota parlemen, ini adalah proses yang panjang karena banyak reformasi yang diperlukan, untuk berintegrasi sepenuhnya dengan blok 27 negara.
"Saya ingin mengatakan kepada Presiden Zelensky, bahwa Italia berada di pihak Ukraina dalam proses ini. Italia menginginkan Ukraina di Uni Eropa," tukas PM Draghi.
BACA JUGA:
Diketahui, invasi yang telah berlangsung hampir sebulan ini telah memaksa lebih dari 3,5 juta orang mengungsi, membawa isolasi ekonomi Rusia yang belum pernah terjadi sebelumnya, menimbulkan kekhawatiran akan konflik yang lebih luas di Barat yang tidak terpikirkan selama beberapa dekade.
Kantor hak asasi manusia PBB di Jenewa mengatakan pada hari Selasa bahwa pihaknya telah mencatat 953 kematian warga sipil dan 1.557 terluka sejak invasi. Kremlin membantah menargetkan warga sipil.