Bagikan:

JAKARTA - Kehadiran pawang hujan bernama Rara di perhelatan balapan MotoGP Mandalika menuai pro dan kontra. Ada yang mengkritik dan menyebut perbuatan syirik, namun adapula yang mengapresiasi aksi usir hujan Rara hingga disebut pahlawan.

Menanggapi hal itu, Wakil Ketua Komisi VIII DPR Ace Hasan Syadzily menilai keberadaan pawang menjadi salah satu keunikan perhelatan MotoGP di Indonesia. Menurutnya pawang hujan mungkin tidak ada di negara lain.

"Ini mungkin menjadi salah satu dari keunikan MotoGP Mandalika yang ada di Indonesia yang tidak ada di negara MotoGP lainnya," ujar Ace kepada wartawan, Senin, 21 Maret.

Pimpinan komisi yang membidangi urusan agama itu menilai wajar jika ada sebagian pihak yang tidak percaya dengan aksi pawang hujan dan menganggap tindakan itu irasional atau bahkan metafisik.

Namun faktanya, kata Ace, pawang hujan mampu mengatur hujan yang turun di atas sirkuit Mandalika. "Ada yang tidak percaya dengan pawang hujan, namun faktanya praktik seperti ini dinilai mampu memindahkan hujan dari satu tempat ke tempat lain," katanya.

Sebagai ikhtiar kearifan lokal, menurut Ace, hal tersebut tidak masalah dilakukan. Politikus Golkar itu pun mengajak masyarakat untuk saling menghormati.

"Ada pihak yang menilainya sebagai sesuatu yang sifatnya metafisik. Sebagai ikhtiar, tentu harus kita hormati. Ini bagian dari cara kearifan lokal khas Indonesia," kata Ace.

Sementara, Ulama Buya Yahya menyebut meminta bantuan pawang hujan untuk menunda atau menghentikan hujan adalah haram dari sisi hukum Islam. Umat Islam pun tidak boleh meyakini pawang hujan.

Menurut dia, undang pawang hujan ke sebuah acara, tidak boleh.

“Ngundang pawang artinya dukun suruh komat-kamit ngusir mendung, haram! Tidak boleh! Maulid nabi ngundang pawang hujan,” jelas Buya Yahya dalam salah satu potongan video yang tersebar salah satunya di akun youtube Arek Pati, Senin, 21 Maret.