JAKARTA - Pandemi COVID-19 telah menghantam berbagai sektor perekonomian, tanpa terkecuali, termasuk sektor transportasi udara. Maskapai penerbangan pun turut terkena dampak dari pandemi ini, salah satunya penurunan jumlah penumpang.
Direktur Utama Angkasa Aviasi Service (Lion Grup) Capt Wisnu Wijayanto membeberkan dampak masif pandemi bagi grup maskapainya. Menurut dia, pandemi sangat mempengaruhi keberlangsungan pekerjaan awak pesawat.
"Untuk di group kami bekerja, pandemi ini artinya memengaruhi secara langsung 1.900-an pilot, sekitar 3.000 awak kabin, serta 25.000-an karyawan pendukung lainnya. Masalahnya cukup banyak mulai masalah umum seperti kesehatan, kemampuan finansial yang berkurang, yang kontribusinya juga sangat negatif bagi perekonomian," katanya, dalam diskusi virtual, Rabu, 23 September.
Selain itu, ada bahaya lain di balik kelesuan transportasi udara di tengah pandemi COVID-19 ini. Wisnu mengatakan, jika situasi tidak berubah, kemungkinan juga ada permasalahan tambahan yang mungkin tidak berhubungan langsung dengan ekonomi. Namun, tetap akan berhubungan yaitu berkurangnya proficiency atau kecakapan awak pesawat dalam melakukan pekerjaan.
Kecakapan awak pesawat, menurut Wisnu, krusial lantaran itu merupakan core dari transportasi udara. Sebagai contoh, pekerjaan pilot yang berbeda dengan pengemudi transportasi lain lantaran kompleksitas lingkungan yang sangat tinggi, waktu yang tersedia untuk mengambil keputusan sangat sedikit dan sumbu kendali yang harus dijaga itu sangat multidimensi.
Lebih lanjut, kata Wisnu, selain dibutuhkan kemampuan psikomotorik juga diperlukan kemampuan kognitif bahkan metakognitif saat menerbangkan pesawat. Kunci untuk mempertahankan semua itu hanya ada satu yaitu practice, baik dengan menerbangkan pesawat saat bertugas atau practice saat sedang melakukan pelatihan.
BACA JUGA:
"Keduanya ini saling mendukung, saling komplemen, tapi tidak bisa saling menggantikan. Sehingga baik itu jam operasional maupun pelatihan harus didapatkan dengan seimbang," katanya.
Saat ini, kata Wisnu, tingkat kecakapan awak pesawat masih baik. Artinya, rata-rata awak pesawat masih bisa mendapatkan 50 persen pengalaman jam terbang dari sebelum pandemi. Namun, katanya, jika keadaan semakin memburuk, tentunya akan semakin sedikit, dan akan memengaruhi tingkat kecakapan pilot tersebut.
"Tentu saja maskapai tidak akan tinggal diam dan akan berusaha melakukan pemerataan keahlian. Nah ini efeknya juga bisa kurang baik karena nantinya maskapai tentu akan melakukan pemetaan ulang terhadap awak pesawat," tuturnya.
Wisnu mengatakan, jika pandemi terus berlanjut dan sektor penerbangan belum bisa bangkit, dampaknya akan sangat buruk. Bagi awak pesawat sendiri, kata dia, akan berujung pada cuti tidak dibayar yang tidak disengaja.
"Ujung-ujungnya akan terjadi misalnya involuntary unpaid leave bagi sebagian awak pesawat dan lain sebagainya. Ini tentu saja efek buat ekonominya juga tidak baik," jelasnya.